Banyuwangi (ANTARA News) - Gunung Raung yang memiliki ketinggian 3.332 meter dari permukaan laut memuntahkan material pijar atau strombolian setinggi 100 meter dari puncak, Minggu malam tadi.

"Dari pos pengamatan terlihat lontaran material pijar yang tingginya kurang lebih 100 meter dari puncak," kata seorang pengamat pada Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin.

Menurut dia, energi letusan cenderung meningkat hingga terlihat letusan strombolian di puncaknya, padahal sebelumnya hanya terlihat sinar api.

"Hingga kini masih terekam tremor vulkanik atau terjadi letusan yang menerus, namun status masih tetap siaga (Level III)," tutur dia.

Strombolian adalah salah satu jenis letusan gunung api yang disertai dengan lontaran lava pijar secara vertikal dan terjadi terus menerus dalam beberapa detik atau menit.

Gunung Raung memiliki tipe strombolian yakni gunung api yang letusannya mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan gas yang sedang, dan letusan bermaterial padat, gas, serta cairan. Letusan ini umumnya tidak terlalu kuat, namun terjadi terus menerus dalam waktu lama.

Petugas terus memantau dan memberikan laporan aktivitas gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso itu kepada sejumlah pihak yang berkompeten.

Laporan aktivitas Gunung Raung pada 2 Agustus 2015 tercatat secara visual cuaca terang, angin tenang, asap kelabu sedang, tekanan sedang dengan ketinggian 1.500 meter dari puncak, condong ke arah barat daya (Jember dan sekitarnya).

"Secara visual juga terlihat lontaran material pijar yang tingginya sekitar 100 meter dari puncak, namun material itu masih jatuh ke kawah (kaldera) Gunung Raung dan tidak keluar kaldera," papar pengamat.

Secara seismik terekam tremor vulkanik/letusan menerus dengan amplitudo 7-32 milimeter, namun dominan 30 milimeter sehingga kesimpulannya letusan masih terjadi menerus dengan energi letusan cenderung meningkat, sedangkan masyarakat tidak diperbolehkan beraktivitas dalam radius 3 km dari kawah.






Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015