Sampit, Kalteng, (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diingatkan untuk serius memerhatikan pasokan air bersih karena kekeringan sejumlah wilayah daerah ini diprediksi terjadi hingga September mendatang.

"Sesuai prediksi kami sebelumnya, kekeringan terjadi mulai Juli hingga September. Kami berharap kondisinya tidak makin parah dibanding saat ini," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Senin.

Sebulan terakhir, curah hujan di Kotim memang menurun drastis. Sepanjang Juli lalu saja, curah hujan tercatat hanya 9 milimeter, padahal normalnya curah hujan di daerah ini berkisar 60 hingga 150 milimeter.

Saat ini kawasan selatan Kotim yaitu Kecamatan Teluk Sampit, Pulau Hanaut dan Mentaya Hilir Selatan, dilanda krisis air bersih. Pemenuhan air bersih terpaksa dipasok dari Sampit menggunakan armada bantuan dari sejumlah instansi dan perusahaan besar swasta.

Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur dan danau mengering, sedangkan air sungai mulai terasa asin akibat intrusi air laut. Pasokan air bersih diutamakan untuk pemenuhan konsumsi, sedangkan untuk mandi dan mencuci masih bisa menggunakan air sungai dan sumur meski airnya keruh.

"Di kawasan itu sangat kering karena tanahnya gambut. Saat kemarau, apalagi suhu udara tinggi, gambut akan cepat kering. Masalah ini harusnya sudah diantisipasi jauh-jauh hari misalkan dengan menyiapkan sumur bor atau penampungan air berkapasitas besar," ujarnya.

Yulida berharap, krisis air yang terjadi saat ini menjadi pelajaran berharga untuk dicarikan solusinya agar tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang. Apalagi dua tahun mendatang kekeringan diperkirakan cukup parah karena bertepatan dengan siklus lima tahunan El Nino.

Pewarta: Norjani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015