Uni Eropa berulang kali menggunakan neraca keuangannya untuk memberikan pembiayaan risiko tinggi kepada negara-negara anggota Uni Eropa tanpa pembayaran modal oleh negara anggotanya
New York (ANTARA News) - Standard & Poor's telah mengubah outlook Uni Eropa dari stabil menjadi negatif setelah blok ekonomi ini mendukung Yunani dan menyusul keputusan Inggris menggelar pemilu untuk meninggalkan Uni Eropa, lapor S&P seperti dikutip AFP.

Keputusan itu mendorong lembaga pemringkat AS itu menurunkan tingkatnya di Uni Eropa --kini AA+-- pada dua tahun ke depan.

"Uni Eropa berulang kali menggunakan neraca keuangannya untuk memberikan pembiayaan risiko tinggi kepada negara-negara anggota Uni Eropa (yang paling baru Yunani), tanpa pembayaran modal oleh negara anggota itu," adalah alasan di balik revisi outlook ini, kata S&P.

Lembaga ini juga berharap blok Eropa akan memberikan jaminan rugi untuk pinjaman di bawah apa yang disebut Rencana Juncker.

Dinamai dari Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, rencana stimulus ini diperkirakan untuk mengalirkan 315 miliar euro dalam tiga tahun.

S&P memperihatinkan Inggris karena peran di luar takarannya dalam Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara.

Inggris, Jerman dan Prancis adalah para penyumbang terbesar anggaran Uni Eropa, mencapai 70 persen.

Perdana Menteri Inggris David Cameron dari kubu Konservatif telah berkata akan mengampanyekan tetap bertahannya Inggris di dalam Uni Eropa jika dia bisa merenegosiasikan syarat-syarat keanggotaan Uni Eropa demi menguatkan kedaulatan Inggris.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015