... bukan lagi tentang kebhinnekaan etnis. Tujuannya untuk menjunjung keekaan (kesatuan) sebagai bangsa dan negara, yang akan membangun kebanggaan...
Jakarta (ANTARA News) - Cendekiawan muslim, Komaruddin Hidayat, mengatakan, sudah saatnya bangsa Indonesia mengubah pola pikir tentang kebhinnekaan, tidak lagi terpaku pada kesatuan dari perbedaan suku, agama ataupun budaya di Tanah Air.

"Bhinneka Tunggal Ika itu mesti dibaca ulang. Kebhinekaan harus dilihat dari sisi keberagaman, perbedaan dalam hal keunggulan sumber daya masing-masing daerah," kata Hidayat, dalam perbincangan tentang 70 tahun Kemerdekaan Indonesia, di Jakarta, Rabu.

Bhinneka Tunggal Ika adalah sesanti bangsa, yang dicantumkan di pita sesanti dalam cengkeraman Garuda Pancasila, lambang negara. Sesanti bangsa ini berfungsi juga sebagai panduan 

Setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan masing-masing, ada yang memiliki kekayaan alam namun sedikit SDM, ada pula yang sebaliknya.

Karena itu, kebhinnekaan di Tanah Air hendaknya diwujudkan dengan menjadikan daerah sebagai pusat-pusat peradaban dan kemajuan ekonomi sesuai kekhasan wilayah tersebut.

"Jadi bukan lagi tentang kebhinnekaan etnis. Tujuannya untuk menjunjung keekaan (kesatuan) sebagai bangsa dan negara, yang akan membangun kebanggaan," kata pria yang pernah menjabat sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Hidayat melanjutkan, perbedaan-perbedaan etnis serta budaya di Indonesia adalah kekayaan sekaligus potensi konflik, walaupun secara politik dan adminstratif persoalan perbedaan ini sudah selesai pada tahun 1945, sejak Pancasila dan UUD 1945 disahkan.

Namun kenyataannya, hingga saat ini ketika umur kemerdekaan Indonesia hampir menginjak 70 tahun, kekerasan dan kericuhan atas nama agama, suku dan lain-lain masih saja terjadi.

Menurut doktor filsafat barat dari Middle East Techical University di Turki, ini, hal itu disebabkan karena perbedaan itu, atau kebhinekaan etnis, belum disertai dengan kesejahteraan dan keadilan.

"Perbedaan-perbedaan itu harus menjadi modal yang dikapitalisasi dan diikat dengan kesejahteraan, pendidikan serta keadilan. Ketika itu tercapai, kebhinekaan etnis, agama di Indonesia bukan lagi menjadi sumber konflik melainkan sumber kekayaan budaya dan itulah keindahan Indonesia," katanya. 

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015