Medan (ANTARA News) - Anomali cuaca dan faktor lainnya di Sumatera Utara selama semester 1 2015 sudah menurunkan produksi tanaman sawit 15 hingga 20 persen di tengah harga jual yang juga dalam kecenderungan turun.

"Gangguan produksi di semester I itu memang cukup besar, tetapi kelihatannya akan bisa di-recovery di semester II tahun ini sehingga sepanjang tahun 2015 penurunan produksi hanya sekitar 5-10 persen," kata Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Setia Dharma Sebayang di Medan, Rabu.

Dalam Workshop Anomali Iklim dan Produktivitas Kelapa Sawit yang digelar Gapki dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Setia menjelaskan, anomali cuaca memang tidak berdampak besar pada seluruh sentra produksi sawit di Sumut, tetapi hanya di sebagian wilayah.

Di kawasan Labuhanbatu dan Langkat misalnya dampak anomali cuaca tidak separah di wilayah Simalungun .

"Kondisi itu yang membuat dampak anomali cuaca di Sumut tidak separah di daerah lain.Apalagi pada semester II, cuaca diperkirakan lebih bersahabat sehingga sepanjang tahun ini penurunan produksi hanya sekitar 5-10 persen," katanya.

Meski hanya 5-10 persen, penurunana produksi itu sudah pasti akan menggangu kinerja perusahaan sawit di Sumut.

Apalagoi di tengah penurunan produksi, harga minyak sawit mentah atau CPO di pasar ekspor dan lokal juga sedang turun.

Harga CPO di dalam negeri hingga Juni misalnya hanya rata-rata sekitar Rp7.700 per kg dan diperkirakan akan turun lagi menjadi hanya di kisaran Rp7.100 per kg pada semester II akibat ada panen puncak di Agustus-September..

Dengan kondisi itu, maka harga rata-rata CPO tahun ini diperkirakan hanya sekitar Rp7.300-Rp7.400 per kg dari tahun 2014 yang masih Rp7.800- Rp7.900 per kg.

Sekretaris Gapki Sumut, Timbas menyebutkan lahan sawit di Sumut sekitar 1,2 juta hektare dengan perhitungan produksi tandan buah segar di kisaran 21 juta ton..

Direktur PPKS, Hasril Hasan Siregar, mengakui adanya dampak anomali cuaca pada produksi tanaman sawit.

Namun dia juga mengakui karena pada semester II kekeringan semakin berkurang. maka gangguan produksi di tanaman sawit pada semester I bisa ditekan atau dipulihkan.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015