Jarak pandang di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Riau pada pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB telah normal. Tidak ada lagi kabut asap
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan sebagian besar wilayah Riau telah bersih dari kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan setelah hujan terus mengguyur dalam beberapa hari terakhir.

"Jarak pandang di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Riau pada pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB telah normal. Tidak ada lagi kabut asap," kata Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Ardhitama kepada pers di Pekanbaru lewat sambungan telepon, Jumat.

Ardhitama merinci, di ibu kota Riau, Pekanbaru, Jumat pagi jarak pandang berada di atas 5 kilometer (km), sementara beberapa wilayah lainnya termasuk Rengat dan Pelalawan berada di atas 3 km.

Beberapa daerah yang memiliki jarak pandang lebih rendah dari Pekanbaru, menurut dia, lebih disebabkan adanya kabut embun, sementara asap tidak lagi terkandung dalam udara seluruh wilayah Riau.

Untuk titik panas (hotspot), Ardhitama menjelaskan kali ini di Riau nihil. Sementara sebelumnya pada Kamis (6/8) terdapat satu "hotspot" di Kabupaten Kepulauan Meranti namun tingkat akurasi kebakaran lahan berada di bawah 70 persen.

Ardhitama kembali mengatakan, saat ini potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Riau telah berkurang dari tinggi menjadi rendah akibat berbagai faktor, salah satunya hujan dengan intensitas sedang dan tinggi yang mulai sering terjadi.

"Memang saat ini sebagian besar wilayah di Riau masih berada pada musim kemarau. Sementara musim pancaroba baru terjadi pada pertengahan Agustus menjelang puncak musim hujan di akhir Agustus ini," katanya.

Pantauan wartawan, pada Jumat pagi pukul 07.00 WIB hujan kembali terjadi di sebagian besar wilayah Pekanbaru. Hujan kali ini adalah yang ketiga terjadi selama kurang lebih satu pekan terakhir.

Sebelumnya sebagian besar wilayah Riau termasuk Pekanbaru telah dilanda kemarau bahkan nyaris tidak pernah terjadi hujan dalam kurun waktu tiga bulan. Hal itu menyebabkan kebarakan lahan terjadi di mana-mana hingga kabut asap sempat mengganggu berbagai sektor penunjang kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan, perekonomian dan kesehatan.

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015