Washington (ANTARA News) - Media-media Amerika Serikat pada Kamis (6/8) melaporkan bahwa para peretas menyerang sistem surel tak rahasia Staf Gabungan Pentagon, membuat ribuan pekerja Departemen Pertahanan Amerika Serikat tanpa surel selama hampir dua pekan.

Para pejabat Amerika Serikat yakin Moskow mungkin telah mengatur "serangan siber canggih", yang menembus sistem surel Staf Gabungan sekitar 25 Juli menurut laporan NBC dan CNN.

NBC melaporkan tersangka para peretas Rusia memulai "penyusupan siber canggih" melalui akun dengan sandi di media sosial.

Media mengutip para pejabat yang menyatakan bahwa peretasan akun surel tidak rahasia  dilaporkan mempengaruhi 4.000 personel Kepala Staf, baik militer maupun sipil.

Serangan itu dilancarkan melalui sistem otomatis yang bisa mengalirkan banyak informasi dan menyebarkannya kembali ke ribuan akun di jejaring.

Para pejabat itu mengatakan kepada NBC bahwa hanya data tidak rahasia yang dijangkau, dan Pentagon segera mematikan sistem surel Kepala Staf setelah peretasan diketahui. Sistem surel tersebut dilaporkan akan kembali aktif akhir pekan.

Mereka mengatakan penyusupan digital itu mungkin berkaitan dengan satu kelompok peretas Rusia yang dikenal dengan naman APT29, yang belum lama ini masuk di laporan perusahaan keamanan FireEve menurut NBC.

Tim itu menggunakan taktik yang disebut Hammertoss yang memungkinkan para peretas melakukan komunikasi rahasia dengan malware sudah menyerang satu sistem komputer, memungkinkannya tetap tak terdeteksi.

Strategi tersebut, kata FireEye, mengungkapkan "disiplin dan konsistensi" yang nyaris tak tertandingi oleh kelompok peretas papan atas lain.

Sementara itu, seorang pejabat Amerika Serikat yang dikutip CNN mengatakan bahwa metode yang digunakan untuk menembus jaringan Pentagon adalah jenis yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh para penyelidik pemerintah.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat sedang berusaha memulihkan kembali layanan surel sesegera mungkin, kata CNN.

Sejauh ini, Rusia belum mengeluarkan komentar apa pun menanggapi tuduhan Amerika Serikat itu, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015