Jakarta (ANTARA News) - Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70, kawasan Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi Nomor 56, Jakarta Pusat mulai berbenah.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI telah memulai proyek revitalisasi di kawasan tersebut sejak 10 hari yang lalu dan akan berlanjut hingga ke Gedung Pola yang lokasinya dekat dengan kompleks tersebut.

Sayangnya, saat dimulainya konservasi, banyak ditemukan kerusakan di situs-situs yang ada di dalam kawasan sakral tersebut.

Konservator tugu Proklamasi, Erwin Sugiarto, di Jakarta, Minggu, menyebutkan beberapa kerusakan disebabkan oleh faktor eksternal dari lingkungan sekitar dan internal, baik dari aspek bahan maupun konstruksi bangunan patung itu sendiri.

"Salah satu masalah umum yang dijumpai pada patung yang ada di ruang publik terbuka adalah akumulasi debu dan kotoran. Akibatnya, muka patung jadi pucat dan kusam. Sumbernya banyak, antara lain polutan, hujan, akumulasi debu, dan terik matahari," katanya.

Erwin mengatakan, hampir semua permukaan patung perunggu dan bangunan beton berlapis marmer di kawasan Tugu Proklamasi mengalami degradasi sehingga terlihat kusam.

Sementara itu, polutan yang dimaksud Erwin adalah gas buang kendaraan bermotor yang mengandung karbon monoksida dan sulfur dioksida.

"Zat tersebut besifat reaktif dan memicu proses reaksi kimia yang membuat permukaan patung berminyak sehingga menjadi perangkap debu. Gas-gas buang kendaraan itu sifatnya asam jadi kalau bersentuhan dengan logam bisa menimbulkan korosi," kata Erwin yang sudah berpengalaman mengkonservasi beberapa patung bersejarah di Indonesia itu.

Jasad renik juga banyak ditemukan pada sebagian besar permukaan marmer yang memiliki tekstur lembab.

Selain itu, kata Erwin, terdapat sekitar 70 keramik yang terlepas dan sudah tak diproduksi lagi jenisnya. "Ada juga beberapa aksi vandalisme berupa corat-coret cat warna hitam, merah dan biru di permukaan marmer."

Lebih lanjut Erwin menambahkan, pengerjaan konservasi yang setidaknya membutuhkan waktu dua bulan itu dimulai dengan melakukan pembersihan oksidasi dan korosi  baik secara tradisional maupun kimiawi.

"Setelah dikeringkans ecara alamiah, kita akan lapisi dengan zat kimia paraloid B-72 dalam chlorotene untuk patung perunggu dan bahan penolak air, masonceal, untuk bangunan beton bertulang. Tujuannya supaya terlindung dari pengaruh kelembaban lingkungan," kata Erwin.

Kawasan Tugu Proklamasi terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Menteng, Jakarta Pusat. Monumen tersebut sarat nilai-nilai sejarah yang mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Di tempat itulah, Soekarno untuk pertama kalinya membacakan naskah Proklamasi.

Secara fisik monumen Soekarno-Hatta terdiri dan Patung Soekarno yang dibuat dan bahan perunggu dengan tinggi 4,60 meter; Patung Bung Hatta dibuat dari bahan perunggu dengan ketinggian 4,30 meter; Naskah Proklamasi terbuat dan bahan perunggu; Elemen Latar Belakang berupa relung-relung segitiga yang berjumlah 17 buah dan terbuat dan bahan marmer Tulungagung.

Seolah ingin membangkitkan kembali kesakralan kawasan itu, pada tangga 16 Agustus 2015 mendatang, rencananya rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI akan dilakukan di sana oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi nanti saat dipakai upacara belum selesai pekerjaan kami. Tapi tidak apa-apa karena secara visual sudah rapi, cuma dalam-dalamnya belum sempurna," kata Erwin.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015