Jakarta (ANTARA News) - Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan diangkat menjadi Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan untuk menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno sebagai bagian dari perombakan Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Penerima penghargaan Adimakayasa yang terhormat di Akademi Militer ini mengaku tak pernah diberitahu Presiden Jokowi untuk menjabat Menkopolhukam.

"Presiden baru kasih tahu saya setelah tadi salaman memberikan ucapan selamat," kata Luhut usai dilantik Rabu ini di Istana Negara, Jakarta.

Setelah dilantik, pria kelahiran Toba Samosir ini mengaku berkoordinasi dengan kementerian-kementerian di bawahnya sehingga mengayun dalam langkah yang sama.

"Saya ingin kementerian di bawah saya memiliki bahasa yang sama," kata Luhut.

Dia tampaknya sangat diperhitungkan dalam pemerintahan Joko Widodo sehingga diangkat sebagai Menko Polhukam menggantikan politisi Partai Nasdem, Tedjo Edhy Purdijatno.

Politisi Partai Golkar ini lebih mendukung Jokowi-JK pada Pilpres 2104 ketimbang mendukung Prabowo-Hatta yang diusung partainya.

Jabatan menteri disandang Luhut hanya tujuh bulan setelah diangkat menjadi Kepala Staf Kepresidenan.

Luhut merintis karier di dunia politik setelah lama bergelut di dunia militer yang menjadi lulusan terbaik Akademi Militer angkatan 1970. sampai lama berkarir di Kopassus TNI AD.

Di Kopassus, pria berusia 67 tahun ini pernah menjabat menjadi Komandan Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar, Bandung, lalu menjadi asisten operasi pada Markas Kopassus dan komandan pertama Detasemen 81 yang sekarang disebut Detasemen Penanggulangan Teror atau Gultor 81, satuan sangat disegani yang khusus menangani masalah teroris.

Luhut membangun detasemen ini mulai dari nol, saat Panglima ABRI dijabat Jenderal Benny Moerdani.

Suami dari Devi boru Simatupang ini juga pernah menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infantri di Bandung.

Saat menjabat Komandan Korem di Madiun, dia meraih prestasi sebagai Komandan Korem terbaik.

Bapak empat anak ini pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Sebelum ditunjuk sebagai menteri, Luhut adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura.

Semasa sekolah di SMA Penabur, Bandung, Luhut dan teman-temannya mendirikan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) yang menghimpun pelajar dan mahasiswa menentang Orde Lama dan PKI.

Semasa muda, dia aktif menjadi atlet renang, karate, judo dan terjun payung, bahkan perenang Provinsi Riau. Dia juga pernah meraih medali pada PON di Bandung.

Setelah tidak lagi menjabat menteri, dia merasa punya banyak waktu dan merasa memahami masalah olahraga, sehingga memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Umum KONI Pusat, namun kalah dari Agum Gumelar.

Karir militer Luhut:
Perwira Pertama, pangkat Letnan Dua Inf (1970); Perwira Pertama, pangkat Letnan Satu Inf (1973); Perwira Pertama, pangkat Kapten Inf (1975); Pendiri dan Komandan Pertama Detasemen 81 Anti Teroris Kopassus (1981), dengan pangkat Mayor Infanteri; Asisten Operasi (Asops) Kopassus (1989), pangkat Letnan Kolonel Inf; Komandan Group 3 Kopassus, (1990) dengan pangkat Kolonel Inf (1990); Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun, Jawa Timur (1995), dengan pangkat Kolonel Inf; Wakil Komandan Pusat Persenjataan Infanteri, pangkat Brigadir Jenderal TNI; Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI-AD (1996-1997), dengan pangkat Mayor Jenderal TNI; Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD) 1997-1999) dengan Pangkat Letnan Jenderal TNI; dan berpangkat Jenderal TNI (1999).

Selama di Kopassus, Luhut beberapa melakukan latihan bersama, di antaranya dengan Royal Army Special Air Service (SAS), Inggris (1981); Shooting & Anti-Terror Instructor Training, Jerman Barat (1981); Counter-Terrorism and Special Operations Course, Grenzschutzgrupppe 9 (GSG-9) German Federal Police, Jerman Barat (1981); HALO Jumpmaster Instructor, US Army Jumpmaster School, Amerika Serikat (1980); US Army John F. Kennedy Special Warfare Center and School (US. Army Special Forces Course), Amerika Serikat (1978); dan Bomb Disposal Instructor Training, US Army, Amerika Serikat (1977).

Luhut juga aktif dalam pengembangan masyarakat dan kewirausahaan dan bersama istrinya membangun Yayasan Del, lalu Yayasan Luhur Baktir Pertiwi dan Yayasan Lingkar Bina Prakarsa.

Dalam bidang kewirausahaan, Luhut mendirikan PT Toba Sejahtra Group yang memiliki beragam anak perusahaan di berbagai sektor.



Oleh Syaiful Hakim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015