Dari 91 waduk, hanya 15 waduk yang defisit atau ketinggian airnya kurang dari yang direncanakan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan stok air di sejumlah waduk dalam kondisi aman, termasuk Kedungombo, Jawa Tengah.

"Dari 91 waduk, hanya 15 waduk yang defisit atau ketinggian airnya kurang dari yang direncanakan," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu.

Basuki lantas mencontohkan kondisi Kedungombo yang ketinggian airnya mencapai 86,6 m. Ini lebih tinggi dari perencanaan 83 m.

"Stok air Kedungombo saat ini sekitar 600 juta m3, cukup untuk musim tanam (MT) 1 bulan September - Oktober," jelas Basuki, seraya menyebutkan kondisi kritis Kedungombo pernah terjadi di tahun 2003 dengan ketinggian air 73 m.

Waduk Kedungombo dibangun untuk mengairi sekitar 61.000 hektare sawah di daerah Purwodadi dan sekitarnya.

Saat ini, irigasi yang masuk dalam sistem Kedungombo, misalnya Bendung Klambu yang mengairi sekitar 37.451 hektare sawah masih beroperasi normal.

"Masalah yang muncul adalah bagi lahan yang di luar sistem Kedungombo, yaitu Bendung Dumpil yang menampung air dari Sungai Lusi," katanya.

Untuk itu, menurut Basuki, perlu dibangun reservoir yaitu Embung Coyo dan Embung Tirto di daerah Sungai Lusi.

Disamping membangun juga "long storage" di sekitar Bendung Dumpil dengan kapasitas sekitar 500.000 m3.

"Saya berharap tahun ini sudah disosialisasikan kepada warga tentang pembangunan embung-embung itu dan pada tahun 2016 mulai dilakukan pembebasan lahan. Tanpa reservoir tersebut tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengatasi kekeringan," ujar Basuki.

Pola tanam

Meski tidak khawatir dengan persediaan air di sebagian besar waduk, Basuki tetap mengingatkan agar masyarakat pandai memanfaatkan air. Pola tanam harus disesuaikan dengan kondisi air. Pada musim kering, pola tanam dipilih yang hemat air.

Untuk antisipasi kekeringan di masa depan, selain membangun infrastruktur waduk, Kementerian PUPR juga menekankan pentingnya edukasi ke pengguna air.

Hal itu antara lain dengan mengatur pola tanam, hemat pemakaian air, pengairan secara bergilir, dan menekan kebocoran.

"Di musim kering seperti ini adalah saat kita melakukan perbaikan irigasi, melakukan pengerukan lumpur di saluran-saluran irigasi," jelas Basuki.

Adanya usulan dari Ketua BNPB untuk membuat hujan buatan. "Saya mengusulkan agar hujan buatan tersebut diarahkan dekat waduk, supaya airnya bisa ditampung di waduk," tegas Basuki.

Dari pemantauan Kementerian PUPR, terhadap wilayah kekeringan sejak Mei 2015 sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari. Wilayah tersebut adalah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, NTB, dan NTT.

Namun Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota dan 526 kecamatan. Hingga Juli 2015, sekitar 111.000 hektare sawah mengalami kekeringan.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015