jika kontrak disepakati pada akhir Agustus, proyek akan selesai pada 2018 dan mulai beroperasi pada 2019
Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan Kereta Api Tiongkok (CRC) siap bersaing dengan kompetitor lain untuk membangun kereta api cepat di Indonesia.

Ketua Tim Insinyur Kereta Api Cepat CRC He Huawu mengatakan dalam konferensi pers Pameran Kereta Api Cepat Tiongkok di Senayan City, Jakarta, Kamis, bahwa perusahaannya siap bersaing secara jujur untuk memenangkan tender kereta api cepat dari pemerintah Indonesia.

"Kami ingin persaingan yang positif dengan yang lain karena keberhasilan pembangunan ini (kereta api cepat di Indonesia) juga akan menunjang perkembangan kereta cepat di seluruh dunia," kata dia.

He membeberkan keunggulan kereta api cepat CRC mencakup dua standar utama, yakni keamanan dan keselamatan.

CRC menawarkan paket pembangunan kereta api cepat beserta infrastrukturnya dari mulai prakonstruksi hingga pascakonstruksi.

Termasuk dalam tahap prakonstruksi, Tiongkok akan melakukan studi kelayakan dan uji lingkungan, pelatihan bagi operator lokal, serta teknisi lokal.

"Dalam tahap pembuatan, masa kerja kami singkat. Jika kontrak disepakati pada akhir Agustus, proyek akan selesai pada 2018 dan mulai beroperasi pada 2019," ujar He.

CRC akan menjamin pengawasan operasional pascakonstruksi dengan terus melakukan kontrol dan perawatan pada kereta api cepat dan infrastruktur penunjangnya.

"Bagi kami, proyek ini akan menjadi kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia, jadi kami ingin menjamin dari awal sampai akhir produk kami," kata dia.

Jika memenangkan tender proyek ini, CRC tidak hanya akan membangun kereta api cepat Jakarta-Bandung, tetapi juga di dalam kota, seperti Gambir-Cikarang dan Halim-Cikarang.

"Dengan kereta cepat ini akan memecahkan masalah transportasi Jakarta-Bandung, tapi juga meringankan macet di Jakarta dengan pembangunan tiga stasiun," kata He.

Sebelumnya, terkait usaha pemenangan tender proyek kereta api cepat tersebut, Menteri Pembangunan Nasional dan Reformasi Tiongkok Xu Siaoshi telah menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka pada Senin (10/8) untuk menyampaikan hasil studi kelayakan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Tiongkok menyerahkan proposal kepada Presiden Jokowi dengan menawarkan investasi sebesar 5,5 milyar dolar AS (Rp73 triliun) untuk proyek kereta api cepat ini.

Selain Tiongkok, Jepang juga telah memasukkan proposal membangun kereta api cepat di Indonesia, bahkan studi kelayakan yang mereka lakukan telah diserahkan kepada pemerintah Indonesia tahun lalu.


Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015