Bissau (ANTARA News) - Presiden Guinea-Bissau Jose Mario Vaz membubarkan pemerintah menyusul perselisihan dengan perdana menteri di negara bergolak itu, kata keputusan presiden, Kamis.

Langkah tersebut diambil setelah presiden mengakui ada "krisis" hubungan dengan perdana menteri, yang mengganggu jalan pemerintahan di negara kecil Afrika barat itu.

"Pemerintah, yang dipimpin Perdana Menteri Domingos Simoes Pereira, telah dibubarkan," kata pernyataan tersebut.

Pemerintahan dengan 16 anggota kabinet itu mulai memerintah pada Juli 2014, dua bulan setelah Vaz menjadi presiden pertama Guinea-Bissau dipilih, sejak militer memberontak pada 2012.

Baik Vaz maupun Pereira adalah anggota Partai Afrika untuk Kemerdekaan Guinea dan Cape Verde (PAIGC), yang memperjuangkan kemerdekaan dari Portugal dan menang pada 1974.

"Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa ada krisis yang mengganggu kinerja lembaga," kata Vaz dalam pernyataan yang disiarkan di seluruh negeri pada Rabu malam.

"Upaya yang dilakukan tidak berhasil dalam memulihkan hubungan antara presiden dan perdana menteri," katanya, dangan menambahkan bahwa perombakan kabinet tidak akan cukup.

Yang diperdebatkan termasuk penunjukan panglima militer serta masalah korupsi, kata presiden.

Kudeta militer menimbulkan kerusuhan di negara yang sudah berada dalam genggaman kartel kokain dan dilanda kerusuhan politik.

Pejabat penegak hukum anti-narkoba AS melihat negara itu sebagai "negara narkotika" dan beberapa pejabat militer senior didakwa oleh AS atas penyelundupan narkoba.

Guinea-Bissau dilanda beberapa kudeta sejak kemerdekaannya dari Portugal, menyusul perang pembebasan yang dipimpin oleh PAIGC.

(S022/B002)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015