... Semua bermula dari pengaruh mata uang yuan...
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, berpendapat, perekonomian di kawasan ASEAN sedang dibelit banyak masalah sehingga pertumbuhan ekonomi terganggu. 

Indonesia juga melambat pertumbuhan ekonominya, menjadi hanya 4,67 persen pada triwulan II 2015. Perombakan Kabinet Kerja telah ditempuh dengan asa mengatrol kinerja ekonomi nasional. 

"Baru saja di Thailand dilanda ledakan bom, Vietnam juga mendefaluasi mata uangnya," kata Brodjonegoro, usai menyampaikan laporan pertanggungjawaban APBN 2014, di Jakarta, Rabu. 

Kabinet Kerja baru dirombak dengan pertaruhan pertumbuhan ekonomi nasional. Ia juga menjelaskan dalam permasalahan internal tidak ada masalah yang mempengaruhi permasalahan kurs mata uang rupiah. 

Semua bermula dari pengaruh mata uang yuan. Langkah China ini dikhawatirkan memicu hal serupa dari negara-negara ekonomi berkembang yang bisa terganggu ekspornya. 

Ada kekhawatiran dari pengamat moneter bahwa devaluasi China akan ada kelanjutannya. 

Sementara itu, mata uang Asia menguat pada Kamis (19/8), setelah pulih dari kemunduran dua hari terburuk dalam hampir 20 tahun setelah China meyakinkan pasar tidak akan terlibat dalam perang mata uang.

Mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah Indonesia, peso Filipina dan won Korea Selatan naik sedikit terhadap dolar setelah Cina, Kamis, kembali mendevaluasi yuan sebesar 1,1 persen.

Pemangkasan, yang lebih kecil daripada dua hari sebelumnya, dan berita bahwa bank sentral melakukan intervensi untuk menstabilkan yuan, Rabu (18/8), meyakinkan para investor bahwa Beijing tidak akan membiarkan mata uangnya merosot.

Devaluasi terbaru China alias Tiongkok muncul setelah dua kali penurunan sebelumnya, pada Selasa dan Rabu, memicu kekhawatiran ekonomi nomor dua dunia itu lebih lemah daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Langkah ini mengirim mata uang Asia-Pasifik jatuh, mendorong ringgit Malaysia ke posisi terendah selama 17 tahun, di tengah kekhawatiran devaluasi yuan bisa merugikan ekonomi regional lain dan memicu perlombaan menurunkan nilai mata uang oleh bank-bank sentral dalam upaya untuk menjaga ekspor mereka kompetitif.

Pada Rabu, Vietnam menggandakan batas perdagangan untuk mata uang dong, yang memungkinkan mata uang melemah untuk mencoba membuat ekspor lebih kompetitif karena penurunan di China.

Namun demikian, para analis memperingatkan mata uang Asia-Pasifik masih berisiko, setelah menderita dua hari aksi jual terburuk mereka sejak 1998.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015