Ketapang (ANTARA News) - Seekor bayi orangutan berjenis kelamin betina kini dalam penanganan Balai konservasi sumber daya alam (BKSDA) wilayah 1 Ketapang, Kalimantan Barat, setelah sebelumnya nyaris terbakar di lokasi kebakaran lahan di Kecamatan Seponti Jaya.

"Kami terima dan langsung di bawah penanganan tenaga medis dan langsung dibawa untuk dilakukan tindakan medis yang diperlukan," kata kepala BKSDA Ketapang Junaidi, Kamis.

Dia menambahkan, bayi orangutan yang belum memiliki nama tersebut langsung diberi nama sesuai asal muasal ia ditemukan, yakni Kecamatan Seponti Jaya. Maka bayi orangutan tersebut diberi nama Seponti.

"Setelah dirawat dan diperkirakan mampu untuk kembali ke hutan, kita akan bebasliarkan kembali," katanya.

Junaidi mengatakan, dalam kasus penemuan bayi orangutan tersebut, dirinya cukup mengapresiasi dengan iktikad baik dari masyarakat untuk tidak memelihara satwa langka ini dan menyerahkan kepada yang berwenang.

Namun demikian, untuk ke depan, jika terdapat masyarakat yang menjumpai adanya satwa liar yang tergolong dilindungi, akan lebih baik jika langsung menghubungi pihak BKSDA.

"Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penanganan saat di lapangan terutama untuk menjaga keselamatan orangutan tersebut," kata dia.

Bayi orangutan yang diperkirakan berusia antara 6 sampai 8 bulan tersebut diselamatkan sejumlah masyarakat transmigran di Kecamatan Seponti setelah terpisah dari induknya yang menyelamatkan diri karena terjadi kebakaran lahan beberapa waktu lalu.

Tenaga honor di TNGP Seksi Sukadana, Musdi Zariansyah mengatakan, warga transmigran Kecamatan Seponti yang enggan menyebutkan nama sempat memelihara beberapa waktu sebelum menyerahkan kepadanya pada Rabu (19/8).

Dia menerima penyerahan orangutan dari masyarakat di kantornya pada pagi hari di kantor seksi TNGP wilayah 1 Sukadana, jalan Tanjungpura.

"Warga yang menyerahkan tidak mau namanya disebutkan, karena ia merasa takut jika sewaktu-waktu dirinya dipersalahkan lantaran sempat memelihara orangutan walau hanya beberapa hari," kata Musdi.

Menurut dia, saat diterima, kondisi bayi orangutan cukup lemah lantaran telah 11 hari terpisah dari induknya tidak cukup mendapat asupan makanan dan minuman yang dibutuhkan.

"Orangutan itu baru diserahkan ke saya pada Rabu (19/8)," katanya.

Selain itu, cara membawa bayi orangutan dalam sebuah tas yang diberi lubang dan digendong dari Kecamatan Seponti ke Kecamatan Sukadana yang menempuh perjalanan lebih dari 3 jam membuat kondisi bayi menjadi lebih lemah.

Bayi yang diserahkan tanpa ada kompensasi biaya ini sempat menginap satu malam di Kantor Seksi Pengawasan TNGP Sukadana dengan tetap mendapat asupan makanan berupa pisang dan cairan gula.

Musdi Zariansyah kemudian langsung menghubungi BKSDA Ketapang untuk dapat menangani bayi tersebut.

Dengan membawa serta dokter dan penjaga, dari Yayasan IARI, BKSDA Ketapang langsung menjemput bayi orang utan untuk selanjutnya dibawa ke kawasan rehabilitasi. 

Pewarta: Abdul/Nurul H
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015