Pontianak (ANTARA News) - Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro, menyatakan, penyesuaian harga gas non-subsidi yang telah mencapai keekonomian dapat mengundang kompetitor yang dapat menciptakan bisnis gas lebih sehat pada masa mendatang.

"Sebelum 2015, Pertamina rugi dalam memasarkan gas tabung 12 KG atau gas non subsidi dengan nilai kerugian mencapai Rp5,7 triliun per tahun pada 2013, kemudian 2014 kembali rugi Rp4,3 triliun," kata dia, dalam keterangan tertulis diterima di Pontianak, Jumat. 

"Dengan penyesuaian harga gas non subsidi sesuai harga pasar saat ini, pada 2015 Pertamina mulai mendapatkan laba," kata dia.

Ia menjelaskan dalam Permen ESDM Nomor 26/2009 pasal 25 dinyatakan harga jual ditetapkan badan usaha dengan berpedoman pada harga patokan gas (CP Aramco), kemampuan daya beli konsumen dalam negeri serta kesinambungan penyediaan dan pendistribusian. 

Dalam pasal 2 disebutkan bahwa penetapan harga jual gas dimaksud wajib dilaporkan kepada menteri ESDM.

"Pada awal 2015, Pertamina mulai dapat menyesuaikan harga gas non subsidi sesuai harga pasar mengikuti fluktuasi harga bahan baku gas dan kurs dolar AS, yang selalu berpedoman pada Permen ESDM No. 26/2009 pasal 25 itu. Penyesuaian harga selalu dilaporkan kepada menteri ESDM serta kementerian terkait lainnya," katanya.

Namun, menurut dia berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, pola penyesuaian harga bulanan seperti itu menimbulkan gejolak harga di masyarakat dan jalur distribusi. 

Karena di saat harga turun, masyarakat kurang merasakan dampaknya, dan jalur distribusi mengalami kerugian akibat sudah menebus harga tinggi dan menjual dengan harga yang lebih rendah.

"Sementara di saat harga gas naik, sektor usaha yang terkait gas serta konsumen rumah tangga paling merasakan dampaknya, yang pada akhirnya mendorong inflasi yang cukup tinggi, kata Wianda.

Sebagai informasi, pemakaian gas non subsidi berbeda dengan barang lainnya, dimana rata-rata penggunaan berdasarkan riset lembaga independen dikonsumsi lebih dari satu bulan untuk setiap tabungnya. 

Selain itu, rantai distribusi gas non subsidi melibatkan sub agen dan warung tidak sesuai apabila dilakukan penyesuaian dalam periode yang lebih pendek, katanya.

"Untuk menjaga kondusifnya menjelang Ramadhan dan Idul Fitri kemarin, pasca-penyesuaian harga gas non subsidi April 2015, Pertamina berusaha menjaga kestabilan harga. 

Upaya itu dilakukan Pertamina sembari mengevaluasi pergerakan harga minyak dan gas yang belum stabil, penguatan kurs dolar AS terhadap rupiah yang menunjukkan trend meningkat hingga akhir tahun, serta mengantisipasi season akhir tahun yang memiliki kebiasaan trend meningkat di tahun-tahun sebelumnya," ujar Wianda.

Selain itu, menurut dia Pertamina akan melakukan program promosi dan undian berhadiah guna lebih menarik masyarakat menggunakan gas non subsidi, serta mengurangi pengguna yang berpindah ke gas subsidi, sehingga subsidi pemerintah benar-benar digunakan oleh masyarakat yang berhak.

Dalam kesempatan itu, dia menambahkan pada penyesuaian harga periode berikutnya, tetap akan ada kemungkinan Pertamina mengalami kerugian apabila asumsi CP Aramco dan kurs dolar AS yang digunakan pada saat perhitungan harga baru lebih rendah daripada realisasinya.

Dari sisi konsumen, berdasarkan hasil ilembaga independen gas non subsidi hanya dikonsumsi oleh sekitar enam persen masyarakat Indonesia dengan profil kalangan menengah ke atas (memiliki lemari es dan komputer) dengan pengeluaran untuk gas lebih rendah dari pengeluaran untuk biaya komunikasi dan hiburan, sehingga segmen pengguna gas non subsidi berbeda dengan gas bersubsidi.

"Dengan penyesuaian harga yang telah mencapai keekonomian sebenarnya justru dapat menjadi daya tarik bagi hadirnya kompetitor yang dapat menciptakan bisnis gas lebih sehat di masa mendatang," tegas Wianda.

Di pasaranpun saat ini telah beredar gas non subsidi selain Pertamina, yang dijual Rp104.500 /tabung 5,5 kg di level distributor atau setara dengan Rp19.000/kg. Saat ini gas non subsidi Pertamina rata-rata adalah Rp142 ribu /tabung di level agen, atau setara dengan Rp11.833 /kg, katanya.

Pewarta: Andilala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015