Investasi tersebut bisa dengan memberikan insentif kepada sektor swasta dan masyarakat yang memberikan kontribusi pada pendidikan tinggi (PT). Jika melihat kontribusi dan peran negara, hasil dan kinerja sektor PT memang masih belum kompetitif,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Negara perlu investasi lebih besar di sektor pendidikan tinggi untuk meningkatkan akses maupun kualitas pendidikan, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ainun Naim.

"Investasi tersebut bisa dengan memberikan insentif kepada sektor swasta dan masyarakat yang memberikan kontribusi pada pendidikan tinggi (PT). Jika melihat kontribusi dan peran negara, hasil dan kinerja sektor PT memang masih belum kompetitif," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Pada seminar "Kebijakan Iptek dan Pendidikan Tinggi Indonesia Menyongsong Transformasi Masyarakat Baru" di Balai Senat UGM, ia mengatakan salah satu permasalahan penting di PT adalah pendanaan.

"PT akan berbiaya tinggi khususnya untuk perguruan tinggi yang mempunyai misi penelitian atau sebagai research university. Tidak mudah mengurangi biaya PT dengan melakukan substitusi tenaga kerja dengan modal," katanya.

Menurut dia, kebijakan pendanaan perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan konsep pendidikan tinggi sebagai "public good".

Oleh karena itu, lahir beberapa kebijakan seperti penerapan uang kuliah tunggal (UKT), alokasi APBN untuk BOPTN dan hibah, beasiswa S-2 dan S-3 untuk dosen, Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP), dan otonomi perguruan tinggi negeri berbadan hukum.

Ia mengatakan kegagalan dalam investasi di bidang pendidikan tinggi mempunyai beberapa risiko yang besar. Risiko tersebut antara lain mahasiswa dengan kemampuan akademik yang tinggi akan pergi belajar dan berkarir di luar negeri.

"Selain itu banyak perguruan tinggi luar negeri akan masuk dan menawarkan jasa pendidikannya di Indonesia. Risiko lain tentu saja kesempatan Indonesia untuk menampakkan nilai-nilai kebangsaan akan berkurang," katanya.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki mengatakan sebuah "research university" bukan hanya menghasilkan inovasi tetapi juga sumber daya manusia.

Menurut dia, berkembangnya sebuah riset yang bagus perlu didukung kepemimpinan yang mempunyai visi dan otonomi institusi.

"Riset tidak hanya menghasilkan inovasi tetapi juga people. Hal ini perlu didukung banyak faktor termasuk pendanaan," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015