Bogota (ANTARA News) - Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, Sabtu, mendesak Venezuela untuk mempertimbangkan kembali keputusan menutup perbatasan dalam menanggapi serangan oleh orang tak dikenal terhadap sebuah patroli militer.

"Jika itu untuk alasan keamanan, tidak seharusnya melakukan respons dengan menutup perbatasan. Itu akan menjadi lebih baik apabila bekerja sama secara lebih efektif dengan otoritas Kolombia," kata Santos.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro, memerintahkan penutupan perbatasan setelah serangan pada Rabu (19/8) di Tachira, negara bagian barat yang bergolak dan berbatasan dengan Kolombia.

Maduro awalnya menutup perbatasan selama 72 jam tetapi pada Jumat (21/8) ia memperpanjang tanpa batas waktu dan mengumumkan keadaan darurat di Tachira yang merupakan sarang oposisi terhadap pemerintah sayap kiri-nya.

Pihak berwenang mengatakan dua penyerang sepeda motor menembaki patroli yang sedang bertugas dalam misi melawan penyelundupan di kota San Antonio del Tachira, melukai tiga tentara dan seorang warga sipil.

Santos mengatakan kedua negara memiliki kepentingan sama dalam membasmi geng penyelundup yang beroperasi di perbatasan dan harus bekerja lebih erat secara bersama-sama.

Ia mengatakan satu-satunya yang mendapatkan keuntungan dari penutupan perbatasan adalah penyelundup sedangkan untuk orang lain dapat menyebabkan "ketidaknyamanan, jengkel, dan membuat banyak orang tak bersalah membayar untuk peralatannya yang rusak."

Penyelundupan telah melonjak sepanjang perbatasan di bawah pemerintahan Maduro dan pendahulunya, mendiang Hugo Chavez.

Pemerintah Venezuela telah menyalahkan Kolombia terkait penyelundupan makanan bersubsidi dan barang-barang lainnya sehingga menimbulkan terjadinya kekurangan yang luas di seluruh wilayah negaranya, demikian laporan AFP.
(Uu.B020)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015