Hong Kong (ANTARA News) - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar mengatakan lembaganya akan meningkatkan kerja sama dengan Komisi Nasional Pengendalian Narkotika Tiongkok (NNCC), terkait maraknya peredaran narkoba dari Negeri Panda ke Indonesia.

"Kerja sama sudah ada, dan kami komitmen untuk terus meningkatkan dalam berbagai lingkup kerja sama, agar masalah peredaran narkoba ini dapat kita tekan semaksimal mungkin," kata Anang Iskandar kepada Antara di Hong Kong, Minggu malam.

Anang membenarkan Indonesia sekarang telah menjadi salah satu jalur utama dalam perdagangan obat bius. Banyak obat bius diperdagangkan dan diselundupkan oleh sindikat internasional yang terorganisasi, terutama karena ada permintaan cukup tinggi dan Indonesia punya populasi muda yang besar dan menjadi pasar narkoba yang besar juga.

"Tiongkok, Taiwan, Hong Kong dan Afrika Barat menjadi beberapa negara yang menjadi bagian dari jaringan internasional narkoba yang telah diidentifikasi BNN," ungkapnya menambahkan.

Ia mengatakan Indonesia menjadi tujuan sindikat narkoba dalam memasukkan berbagai jenis narkoba, khususnya amphetamine type stimulants (ATS), ekstasi dan methamphetamine kristal.

"Salah satu yang terbesar memang produksi Guangzhou, Provinsi Guangdong Tiongkok," kata Anang.

Berdasar laporan NNCC hampir 13,7 ton methamphetamine kristal diproduksi di Tiongkok, pada 2014 dan sekitar 75 persen diproduksi di Provinsi Guangdong dan sekitar enam persen dari Sichuan. Selain diedarkan di dalam negeri, produksi methamphetamine kristal juga djjual di luar negeri antara lain Indonesia.

Untuk jenis ketamine, Tiongkok telah mengungkap 105 produksi ketamine dengan jumlah 11,2 ton dimana, 70 persen diproduksi di Guangdong dan 10 persen dari Guangxi.

Tak hanya itu, di Tiongkok juga berkembang industri rumah yang memproduksi heroin serta jenis obat terlarang lainnya. Tiongkok mengklaim negara tersebut juga telah berada dalam kondisi darurat narkoba, mengingat banyak peredaran narkoba juga berlangsung di negara itu, sebagain bagian dari jaringan internasional.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015