Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 12 sekolah dari kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur mengikuti cerdas cermat dan diskusi, dalam rangkaian Parade Cinta Tanah Air (PCTA) dengan harapan jiwa nasionalisme dan persatuan pelajar lebih kuat.

"Dalam debat dan diskusi PCTA ini, tentu akan ada yang menjadi terbaik atau juara 1, sehingga regu yang mewakili sekolahnya dan menjadi juara pertama akan mewakili Kaltim dalam PCTA tingkat nasional," ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim H Musyahrim di Samarinda, Kamis.

Dia berharap kepada peserta yang belum bisa menjadi yang terbaik dalam lomba ini tidak perlu berkecil hati, karena masih banyak kegiatan lain baik yang bersifat lokal, provinsi, nasional, bahkan hingga skala internasional.

Sedangkan bagi regu yang berhasil menjadi juara pertama, diminta tidak langsung berbangga diri, namun harus mempersipakan diri lebih matang dengan terus mengembangkan bakatnya karena persaingan di tingkat nasional tentu lebih ketat, karena semua peserta di tingkat nasional merupakan para juara di provinsi masing-masing.

Masing-masing regu dalam lomba PCTA ini sebanyak tiga orang, sehingga total jumlah peserta dari 12 regu atau dari 12 sekolah sebanyak 36 orang.

Menurut Musyahrim, PCTA merupakan agenda rutin tahunan sebagai wujud nyata dalam upaya memupuk karakter cinta Tanah Air, yakni demi kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Saya sangat mengapresiasi acara yang merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Pertahanan dengan Dinas Pendidikan Kaltim ini. Saya juga berterimakasih kepada Korem 091/ASN yang menyediakan tempat untuk para siswa lomba Debat Cinta Tanah Air ini," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Koordinator Daerah Provinsi Kaltim Kolonel Laut Agus Subagyo, dalam pembukaan PCTA itu mengatakan kegiatan ini merupakan hal yang positif dalam upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cinta Tanah Air.

Menurutnya, arus globalisasi yang lebih banyak peran informasi teknologi (IT) dalam kehidapan sehara-hari dewasa ini, menjadikan para siswa cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dunia IT atau internet.

Akibatnya, banyak kehidupan nyata yang ditinggalkan, bahkan generasi muda juga seolah melupakan jati diri sebagai penerus bangsa yang harus berkreasi dan memupuk kecintaannya terhadap bangsa dan negara.

"Di arus globalisasi ini, Indonesia memerlukan terobosan yang mampu menyatukan emosi kebangsaan menjadi emosi kolektif dalam mewujudkan ketahanan nasional, seperti jiwa bela negara dan cinta Tanah Air, sehingga PCTA ini sangat positif sebagai jalan menuju ketanahan nasional," ujar Agus Subagyo.

Pewarta: M Ghofar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015