Beirut (ANTARA News) - Gencatan senjata dua hari pihak bertikai di Suriah mulai berlaku, Kamis, di desa dikuasai pemberontak dekat perbatasan dengan Lebanon, dan dua desa di baratdaya, kata pemantau.

Badan Pemantau HAM Suriah itu, yang bermarkas di Inggris, menyatakan, gencatan senjata itu yang kedua kali dalam satu bulan di kawasan itu, antara militer Suriah dan Hezbollah Lebanon dengan pemberontak Suriah.

Gencatan senjata tersebut mulai berlaku sejak pukul 6.00 waktu setempat.

Sumber yang mengetahui soal perundingan antara kedua pihak sebelumnya mengatakan kepada Reuters, kesepakatan baru gencatan senjata telah dicapai di kota Zabadani dan dua desa yaitu Kefraya dan Al Foua di provinsi Idlib di baratdaya.

"Pelaksanaannya sudah dimulai. Situasi tenang terlihat di Kefraya, al Foua dan Zabadani," kata Rami Abdulrahman, pejabat di badan pemantau tersebut.

Dalam perundingan itu, pihak pemberontak dipimpin oleh Ahrar al-Sham, kelompok pemberontak Sunni konservatif.

Gencatan senjata berlaku di wilayah barat Suriah, di luar basis kuat kelompok Negara Islam.

Gencatan senjata di kawasan itu sebelumnya dicapai pada bulan ini, yang dibuat dengan bantuan Iran dan Turki, namun dinggar setelah sempat diperpanjang sebentar. Sejak saat itu pertempuran terus berkobar.

Seorang petempur dari pasukan pemerintah di Zabadani mengatakan, bentrokan semakin meningkat menjelang tercapainya gencatan senjata terbaru itu.

Gencatan senjata sebelumnya yang dimulai pada 12 Agustus, dimaksudkan untuk memberi peluang negosiasi bagi penghentian kekerasan di kedua kawasan.

Iran dan Turki mendukung pemerintah Suriah maupun pemberontak.

Gencatan senjata tersebut juga bertujuan untuk mengamankan mundurnya kelompok pemberontak dari Zabadani serta penduduk dari kedua desa tersebut.

Ahrar al-Sham menyalahkan Iran sebagai penyebab gagalnya putaran perundingan, dan mengatakan bahwa mereka berupaya menukar satu kawasan dengan kawasan lain.

Zabadani menjadi pusat penyerangan Hezbollah maupun militer Suriah melawan kelompok pemberontak yang bersembunyi di sana. Kawasan tersebut sangat penting bagi Presiden Bashar al-Assad karena kedekatannya dengan Damaskus dan perbatasan Lebanon.

Sementara itu, kelompok pemberontak melancarkan serangan di dua desa Syiah di provinsi Idlib, satu kawasan yang berbatasan dengan Turki yang sebagian besar dikuasai pemberontak setelah mereka meraih beberapa kali kemenangan melawan militer sepanjang 2015.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015