Jakarta (ANTARA News) - Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta Pusat, menyelenggarakan pameran mengenai "Petisi Soetardjo : Sumbangan Kaum Pamong Praja untuk Perintisan Kemerdekan Indonesia" selama satu bulan mulai 27 Agustus 2015.

"Pameran ini bercerita mengenai kiprah pamong praja dalam perintisan kemerdekaan yang digagas oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo," ujar Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan, di Jakarta, Kamis.

Soetardjo Kartohadikoesoemo merupakan salah seorang anggota parlemen pada zaman Hindia Belanda atau Volksraad. Soetardjo lahir di Blora pada 22 Oktober 1892. Soetardjo merupakan putra seorang asisten wedana di Kunduran, Ngawi.

Sosok Soetardjo mempunyai peran besar dalam membangun kesadaran nasional dan menjalankannya pergerakan dari dalam (korps pegawai negeri Hindi Belanda).

"Soetardjo merupakan tokoh dibalik munculnya Petisi Soetardjo yaitu suatu permohonan agar diselenggarakan musyawarah antara wakil Indonesia dan Belanda dengan kedudukan dan hak yang sama," jelas dia.

Tujuan dari petisi itu adalah menyusun suatu rencana pemberian pemerintahan yang berdiri sendiri kepada Indonesia dalam batas UUD Kerajaan Belanda.

Petisi tersebut karena adanya peningkatan perasaan tidak puas di kalangan rakyat kepada pemerintah akibat kebijakan politik yang dijalankan Gubernur Jenderal de Jonge.

Petisi itu merupakan bukti dan makna yang mendalam tentang peran dan toleransi kaum Pamong Praja bagi pemerintah yang stabil. Jika petisi tersebut diterima maka kemungkinan sejarah kolonial akan berbeda.

Pameran tersebut bertujuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dann patriotisme di kalangan masyarakat.

Seorang cucu dari Soetardjo, Sulityowati, mengatakan kakeknya merupakan sosok yang enggan untuk tampil ke depan. Alhasil namanya pun jarang tercatat dalam buku sejarah.

"Apa yang dilakukan Eyang Soetardjo merupakan sumbangsih pamong praja dalam merintis kemerdekaan Indonesia," kata Sulistyowati.

Pewarta: Indriani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015