Makkah (ANTARA News) - Tiba-tiba langkahnya terhenti pada sebuah tungku dengan panci berukuran sangat besar yang memang tampak menyolok dibandingkan peralatan dapur lainnya.

Dibukanya tutup panci super besar itu dan dimasukkannya tangan ke dalam panci yang kosong itu sambil mengelapnya hingga ke dasar.

"Ini panci ada karatnya," kata Hendra Sudrajat, petugas pengawas katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1436H/2015M, ketika melakukan inspeksi ke salah satu perusahaan penyedia makan siang untuk jamaah haji Indonesia.

Mendengar nada yang agak tinggi itu, seorang pria berperawakan mirip orang Indonesia datang dan ikut memeriksa dasar panci tersebut.

"Ada korosif kan?" ujar Hendra lagi dengan nada yang masih tinggi.

"Benar. Nanti panci ini tidak akan dipakai," kata pria berperawakan kecil dengan bahasa Indonesia yang bagus, berusaha meyakinkan.

Hendra pun minta agar Ahmad, nama panggilan pria berkebangsaan Thailand itu, agar tidak bersungguh-sungguh tidak menggunakan panci tersebut untuk memasak makan siang bagi jamaah selama di Makkah nanti. "Jangan dipakai ya," ujar lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung itu.

Tahun ini memang untuk pertama kalinya pemerintah melalui Kementerian Agama sebagai PPIH memberikan makan siang sebanyak 15 kali kepada jamaah haji Indonesia selama mereka berada di Makkah.

Tahun-tahun sebelumnya pemerintah hanya memberi makan jemaah selama mereka berada di Jeddah, Madinah, dan Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina).

Namun dalam upaya meningkatkan pelayanan haji, maka tahun ini Kementerian Agama (Kemenag) mulai dengan memberi makan siang gratis yang diantar langsung ke pemondokan.


Rewel

Karena mungkin baru pertama kali, PPIH nampak sangat serius mempersiapkan makan siang untuk jemaah ketika mereka berada di Makkah.

Tim pengawas katering yang dipimpin oleh Elmiyati nampak "rewel" memperingatkan dan memberi masukan kepada 23 perusahaan katering milik para pengusaha Arab Saudi itu agar menyediakan pesanan sesuai kontrak.

Salah satu pengawas lainnya, Noval, misalnya, setiap datang inspeksi ke dapur-dapur pengusaha katering itu selalu mengingatkan kepada pemilik maupun juru masaknya agar membaca resep masakan Indonesia yang sudah diberikan.

"Tolong pelajari resep yang ada di sini ya. Sudah terima kan kayak ini?" katanya kepada juru masak dari Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan katering yang letaknya dekat dengan Jabal Nur.

Ia menunjukkan satu bundel foto kopi bahan bertajuk "Menu Standar Resep dan Cara Pengolahan Makanan," yang dikeluarkan Tim Seleksi Katering Penyedia Konsumsi Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi Tahun 1436H/2015M.

Noval nampaknya khawatir betul juru masak, meskipun asli dari Indonesia, belum menerima atau menguasai resep masakan yang dipesan panitia.

"Jangan sampai jemaah menerima masakan yang tidak sesuai baik rasa maupun jenis masakannya," ujar lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2005 itu. Ada kasus di Madinah, PPIH menegur perusahaan katering karena tidak menyediakan menu dengan rasa Indonesia seperti dalam kontrak

Padahal Pemerintah mewajibkan mereka, para perusahaan katering, memiliki juru masak utama dari Indonesia agar bisa membuat masakan sesuai selera lidah jemaah Indonesia.

Namun, seperti yang terlihat pada kunjungan ke sejumlah perusahaan pada Selasa lalu, ada perusahan katering yang ketika dikunjungi tidak terlihat juru masak dari Indonesia, yang ada hanya juru masak dengan logat melayu yang ternyata berasal dari Thailand atau Malaysia. Kalaupun ada orang Indonesia-nya, mereka nampak seperti pekerja dapur biasa, bukan juru masak.


Khawatir

Lain dengan Hendra dan Noval, Sukarno Prabowo justru menemukan hal lain yang cukup mengkhawatirkan ketika inspeksi ke dapur perusahaan katering.

"Ada perusahaan katering yang lokasinya jauh, hampir di luar kota Makkah dan dapurnya berdebu seperti hanya dipakai setahun sekali pada musim haji," katanya usai melakukan inspeksi di hari ke-3.

Bukan hanya soal kebersihan dapur, Bowo, sapaan Soekarno Prabowo, khawatir perusahaan katering tersebut tidak bisa memenuhi tengat waktu pengiriman makan siang yaitu sekitar pukul 09.30 sampai 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

"Apalagi Makkah semakin padat dan jalan banyak yang ditutup menjelang puncak haji," ujarnya.

Pemerintah melalui PPIH mengontrak 23 perusahaan katering untuk menyediakan makan siang bagi 155.200 jamaah yang tersebar di 112 hotel di enam wilayah Makkah yaitu Jarwal Misfalah, Mahbas Jin, Raudhah, Syisyah, dan Aziziah.

Tim pengawas katering memang memiliki agenda untuk melakukan inspeksi langsung ke dapur para perusahaan katering untuk mengetahui sarana dan prasarana yang mereka miliki mulai dari tempat penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan, sampai pengepakan dan distribusi.

Hal itu, menurut Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis, harus dilakukan untuk menjamin kepastian kualitas dan pasokan makan siang bagi jamaah yang akan masuk ke Makkah secara bertahap mulai 30 Agustus.

Ia secara langsung meminta petugas seksi katering memperketat pengawasan di dapur. "Sebab kalau (makanan) sampai di pemondokan ada masalah atau keluhan, (makanan) tidak bisa dikembalikan," kata Sri.

Untuk menekan kesalahan dan kecurangan, pihaknya telah menuliskan sanksi dalam kontrak bila perusahaan katering melanggar perjanjian. "Kami akan berikan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahannya," ujar Sri.

Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015