London (ANTARA News) - Penampilan "Papermoon Puppet Theatre" asal Yogjakarta di Edinburgh Fringe Festival Skotlandia, membawakan "Mwathirika" kisah tentang kehilangan, yang dibawakan tanpa kata-kata berhasil menguras emosi penonton di Skotlandia.

Penonton memberi respon positif atas pertunjukan ini, dan sebagian besar mengatakan pementasan kami sangat emosional, tak sedikit juga dari penonton yang masih sibuk mengusap air mata setelah pertunjukan usai, ujar Wulang Sunu dari Papermoon Puppet Theatre kepada Antara London, Jumat.

Dikatakannya Papermoon Puppet Theatre mendapat kesempatan tampil dalam rangkaian Discovery Indonesia di Festival seni pertunjukan terbesar di dunia selama dua minggu berturut-turut memberikan tantangan yang sangat besar.

"Ada banyak hal yang tak pernah kami jumpai sebelumnya," ujarnya menambahkan bersanding dengan ribuan pementasan lainnya, membuat kami harus berpikir keras bagaimana bisa mendapat penonton.

Diakuinya keberhasilan dari perjalanan ke Edinburg Fringe Festival membutuhkan profesionalitas, kematangan mental dan juga manajemen yang baik. Diharapkan dengan kehadiran di Skotlandia Papermoon Puppet Theatre bisa semakin matang dalam berkarya setelah kembali dari perjalanan panjang ini.

Wulang Sunu mengakui di Edinburgh Fringe Festival ini, bertemu dengan penonton yang datang dari suku bangsa yang berbeda-beda. Seusai pementasan, seperti biasa selalu mengundang penonton untuk naik ke atas panggung untuk mengenal lebih jauh boneka yang kami mainkan.

Banyak penonton berdatangan karena menonton pementasan mini kami, ujarnya. Selain itu juga adanya keterbatasan waktu untuk menyiapkan pementasan, setiap hari, membuat tim Papermoon Puppet Theatre hanya punya waktu 15 menit sebelum pementasan dimulai mempersiapkan semua property dan tata panggung.

Selain itu hanya tersedia waktu 10 menit untuk membongkar setting karena setelah pementasan kami akan ada pertunjukan lain yang akan digelar. Di sini kami bekerja dengan sangat efektif dan efisien. Hal yang sangat menarik untuk diserap, biasanya kami punya waktu yang cukup luas mempersiapkan sebuah pertunjukan.

Mwathirika adalah kisah tentang kehilangan yang dibawakan tanpa kata-kata. Membawakan karya non verbal pada publik internasional pada dasarnya membuat kami merasa menemukan bahasa yang sama di belahan dunia manapun.

Kehilangan yang kami bawakan di Mwathirika kemudian juga turut bisa dirasakan mereka yang datang dari benua yang berbeda. Sejarah kehilangan yang menginspirasi kami, adalah sejarah yang juga terjadi di masyarakat lain di dunia.

Selain menggunakan social media- yang kemudian dibantu penyebarannya oleh banyak teman di dunia maya, kami juga membuat pertunjukan mini di taman-taman dan di lokasi di mana banyak orang berkumpul, sebagai upaya menyebarkan informasi mengenai pementasan. Hal ini membawa hasil yang cukup lumayan.

Tampil di Edinburgh Fringe Festival, kemudian disusul dengan pentas di Southbank Center-London, Center of Contemporary Arts- Glasgow, Cardif dan langsung berlanjut di Oz Asia Fest Adelaide, membuat kami belajar mengenai banyak hal.

Karya Papermoon Puppet theatre berjudul "Mwathirika" yang diproduksi tahun 2010 juga pernah ditampilkan keliling di tujuh kota diAmerika Serikat , termasuk di Kennedy Center-Washington DC dan Asia Society di New York City dalam tur Center Stage 2012 di Malay Heritage Center-Singapura dan Darwin Festival 2013, Australia.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015