Jakarta (ANTARA News) - Tiket perebutan seleksi terakhir Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015 sudah ada dalam genggaman Yogie Ardiansyah.

Perjuangan putra daerah asal Jambi itu setelah mengikuti audisi di Palembang tidak sia-sia. Mimpi Yogie tinggal selangkah lagi, menatap final seleksi untuk dibina di Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum Kudus.

Sebagaimana diceritakan oleh Ayahnya, Sailan, tekad Yogie untuk menjadi atlet bulu tangkis benar-benar kuat. Sejak kecil, tuturnya, Yogie sudah akrab dengan bulu tangkis.

"Di depan rumah kami buat semacam lapangan bulu tangkis pakai tali rafia dan mainnya pakai raket yang murah. Rupanya, Yogie keterusan, niatnya tinggi termasuk kemauannya masuk klub," kata Sailan saat dihubungi ANTARA News dari Jakarta, Jumat.

Selanjutnya, aktivitas Yogie hanya sekolah dan latihan bulu tangkis di klub Putri Mayang, Jambi, seusai pulang sekolah dari sore hingga malam hari.

Di dalam lubuk hati paling dalam, ungkap Sailan, Yogie yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP itu masih menyimpan mimpinya bergabung di PB Djarum yang banyak melahirkan bintang-bintang bulu tangkis Indonesia yang sudah mendunia, seperti Christian Hadinata hingga Tontowi Ahmad.

Kini, Yogie dan Sailan sudah berada di Kudus, Jawa Tengah, untuk bersiap menjalani pertempuran terakhir menuju impiannya.

Sailan, pria yang berprofesi sebagai tukang ojek itu, rela meninggalkan pekerjaannya sementara untuk mengantar putra kesayangannya. Tidak mudah bagi Sailan dengan penghasilannya yang bisa dibilang pas-pasan.

"Demi kariernya di bulu tangkis, saya sampai pernah pinjam uang, berusaha sebisa mungkin. Cukup tidak cukup harus dicukupkan," kata Sailan.

"Sekarang mau tidak mau tidak narik ojek dulu. Saya sudah pesan sama istri kalau untuk makan selama saya dan Yogie di Kudus, kalau memang tidak ada uang nge-bon dulu (utang). Sekarang yang penting Yogie dulu," tuturnya.

Sailan berharap langkah Yogie tidak berhenti sampai di Kudus.

"Saya hanya berusaha apa yang saya bisa untuk dia. Harapan saya, jangan sampai Yogie seperti saya, harus bisa mengubah nasib," ujarnya.


Berbagi kamar kos

Untuk menghemat, Sailan dan Yogie berbagi kamar kos dengan perwakilan dari sesama Jambi, Nurani Ratu Azzahra, yang datang ke Kudus bersama ibunya, Mariani.

"Agar biaya lebih ringan, kami ambil satu kamar untuk berempat. Kami patungan sewa kos sampai tanggal 10 September," ujar Sailan.

Nurani lebih beruntung dari Yogie. Ayahnya yang seorang pegawai swasta masih mampu membiayai kebutuhan Nurani, bahkan sempat mengirimnya berlatih di klub Exist, Jakarta.

"Kemauannya besar dan bakatnya ada, maka kami mendukung. Pernah kami masukkan ke klub Exist, tetapi saat itu dia masih belum berani pisah sama orang tua. Sekarang dia bilang sudah berani dan mau mandiri," kata Mariani.

Nurani, 13 tahun, merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Menurut Mariani, anaknya tersebut sudah mengenal bulu tangkis sejak kelas 3 SD. Sebelumnya, Mariani menyalurkan hobi Nurani lewat kursus olah vokal dan bermain organ.

"Awalnya lihat kakaknya main bulu tangkis lalu dia mau. Saya juga lihat kalau main organ dan olah vokal kok dewasanya jadi lebih cepat, apalagi saya dan suami memang main bulu tangkis juga," jelas Mariani.

Ia berharap, kelak anaknya bisa menjadi seperti Susi Susanti, yang merupakan idola Nurani.

Berbagai cara memang dilakukan orang tua agar anaknya mendulang sukses. Hal sama dilakukan Yazwin Hidayatullah, yang sudah dua tahun ini mengirim anaknya, Muhammad Bagus Bimantoro (14), berlatih secara privat dengan pelatih Jaya Raya di Jakarta.

"Dia tinggal di rumah pelatihnya. Kami mendukung sepenuhnya untuk menjadi atlet," kata Yazwin yang merogoh kocek Rp3 juta setiap bulan untuk biaya hidup dan latihan Bagus di Jakarta.

Yazwin sebenarnya merupakan mantan atlet daerah dari Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan, yang juga melatih bulu tangkis. Namun, sejak Bagus berusia 12 tahun, ia mengirim bagus ke Jakarta agar permainannya bisa lebih berkembang.

Bakat yang ia tularkan pada anak laki-laki satu-satunya sejak masih duduk di bangku TK itu diharapkan bisa membawa Bagus menjadi pemain kelas dunia.

"Harapan saya semoga di final audisi nanti dia lolos, impiannya menjadi juara dunia. Ini salah satu jalannya kalau bisa lolos audisi ini, cita-citanya bisa terwujud," kata Yazwin.

Final seleksi PB Djarum akan digelar mulai 4 September 2015 di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Tahap tersebut mempertandingkan peserta yang lolos dari audisi di sembilan kota, yakni kota Palembang, Medan, Jember, Balikpapan, Manado, Makassar, Tasikmalaya, Purwokerto, dan Kudus.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015