... biasa makan daging, ganti jadi tempe...
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Jakarta memutar otak untuk berhemat dalam menyiasati harga barang yang serba mahal akibat melemahnya rupiah. Ada yang mengganti lauk pauk dengan pilihan yang lebih murah, ada juga yang memangkas pengeluaran dari kebutuhan lain.

Maklum, harga berbagai barang keperluan naik seiring pelemahan rupiah sebagai imbas dari devaluasi yuan China alias Tiongkok. 

Endang Widyastuti (58) mendahulukan kebutuhan prioritas. Bila dirasa tidak terlalu penting, barang tersebut tidak akan dibeli. Selain itu, ibu dari dua anak itu juga mengganti menu masakan di rumahnya dengan bahan yang lebih terjangkau namun memiliki nutrisi setara.

"Kalau biasa makan daging, ganti jadi tempe," kata Endang di Jakarta, Sabtu.

Zaneti Sugiharti (26) menyiasatinya dengan mengubah pola belanja. Kini, ibu dari satu anak itu membeli bahan makanan pokok ke pasar karena harganya lebih murah ketimbang toko langganannya sebelum nilai rupiah melemah. 

Kuantitas belanja pun dikurangi. Bila biasanya dia membeli dalam jumlah banyak untuk stok jangka panjang, sekarang dia membeli dalam jumlah sedikit. 

Selama sebulan belakangan, dia juga menahan godaan untuk jajan di luar rumah atau belanja baju-baju baru.

Sementara itu, Kharina Triananda (28) terpaksa menunda rencana membeli perlengkapan bayi untuk calon buah hatinya yang akan segera lahir. 

Untuk beberapa barang, seperti kereta dorong, Kharina lebih memillih merek impor karena dinilai lebih kokoh dan awet. Namun, dia mengurungkan niat karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal.

"Beli nanti saja saat harga turun," ujar dia.

Dhistira Dian (26) menjadi berpaling pada barang-barang lokal yang harganya relatif lebih murah ketimbang barang impor.

"Beli buah jadi milih yang lokal," kata dia. 
Kendati demikian, kondisi rupiah yang merosot saat ini bagaikan dua sisi mata uang baginya karena dia bisa mendapat jumlah yang signifikan saat menukar sebagian dolar simpanan.

"Lumayan," imbuh dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015