Beberapa waktu lalu, kami bertemu dengan Dubes Korsel membicarakan mengenai hal yang kontekstual termasuk mengenai upaya menggerakkan desa,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melakukan kerja sama pembangunan desa dengan Pemerintah Korea Selatan.

"Beberapa waktu lalu, kami bertemu dengan Dubes Korsel membicarakan mengenai hal yang kontekstual termasuk mengenai upaya menggerakkan desa," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Jakarta, baru-baru ini

Di Korea Selatan terdapat gerakan pemberdayaan masyarakat desa yakni Gerakan Desa Baru atau "Saemaul Undong" yang dimulai sejak 1970 hingga saat ini. Kemendes PDTT berencana mengadopsinya di sejumlah desa di Tanah Air.

Hal tersebut tertuang dalam nota kesepahaman atau MoU antara Kemendes PDTT dengan Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Korea Selatan.

Marwan menambahkan desa-desa di Tanah Air memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Oleh karena itu, kerja sama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat kemampuan masyarakat desa.

"Kami arahkan agar ada transfer ilmu dari Korea Selatan kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat bisa mandiri mengelola potensi desa yang ada,"jelas dia.

Terdapat lima poin yang ditandatangani dalam kerja sama itu, meliputi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kerja sama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan model pemberdayaan masyarakat seperti Saemaul Undong .

Kemudian program peningkatan infrastruktur, ekonomi, social dan budaya, penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan, dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis.

"Kerja"sama ini akan memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua negara,"terang dia.

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama sejak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan ketika Presiden Republik Korea, Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia dan memuat 32 item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum.

Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.

Tercatat sekitar 30.709 warga Indonesia bekerja atau belajar di Korea, sedangkan Kedutaan Besar Korea Selatan mencatat lebih dari 40.000 warga Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Wakil Menteri Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Korea Selatan., Chung Chae Gun, menjelaskan gerakan Saemaul Undong mulai lahir sejak tahun 1970-an. Hingga saat ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.

"Beberapa bulan lalu, media Korea melakukan survei apa yang bisa dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong,"jelas Gun.

Menurut Gun, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan membangun mental masyarakat desa untuk maju.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015