Jakarta (ANTARA News) - Priesnanda (39) masih ingat betul rasa sakit saat harus menjalani pengecekan sumsum tulang belakang selama hampir tiga tahun.

Saat itu usianya baru sekitar tujuh tahun. Kanker sudah mengerogoti bagian lehernya. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan, dokter menyatakan Nanda mengalami leukimia.

Orangtua Nanda memutuskan membawa dia ke luar negeri untuk menjalani pengobatan selama lima bulan. Setelah itu dia mesti melanjutkan pengobatan di Jakarta selama satu tahun sembilan bulan.

Pengobatan kemudian dihentikan sementara. Tapi Nanda masih harus menjalani pemeriksaan darah dan sumsum tulang belakang.

"Saat pengecekan sumsum tulang belakang sakitnya seperti ditusuk-tusuk. Saya sempat kesal karena merasa sakit," ungkap pria yang berprofesi sebagai penulis naskah film itu di Lembang, Bandung, Sabtu (29/8).

Tak cuma sekali pengecekan, Nanda harus menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang tiga bulan sekali dalam kurun tiga tahun.

Pengobatan kemoterapi yang harus dia jalani pun tak kalah menyakitkan. Terapi itu sering membuatnya merasa mual dan mudah lelah, serta merontokkan rambutnya sedikit demi sedikit.

Hanya suntikan semangat dari keluarga yang membuat dia kuat menahan rasa sakit pengobatan selama hampir enam tahun itu.

"Waktu pengobatan sempat merasa kesal sekali karena sakit. Tetapi orangtua selalu menjaga suasana tetap happy," kata dia.

Menurut Nanda, kedua orangtuanya membuat suasana ruang perawatan menyenangkan layaknya di rumah sendiri.

Selama menjalani pengobatan, orangtua Nanda juga selalu berada di sampingnya, memompakan semangat.

Dukungan itu membuat Nanda punya semangat bertahan tinggi, yang menambah besar peluangnya untuk pulih.

"Paling penting membuat lingkungan yang safe (aman) dan keep happy (tetap gembira) agar anak spiritnya tinggi. Kalau anak spiritnya tinggi, kesempatan sembuhnya besar," ungkap dia.

Dukungan keluarga membantu Nanda memulihkan diri. Sejak selepas masa sekolah dasar hingga saat ini dia menjalani hidup seperti teman-temannya yang sehat.

Dan pengalaman luar biasanya semasa kecil perlahan membuat Nanda sadar bahwa di luar sana masih ada teman-teman senasib tak seberuntung dia.

Melalui Cancer Buster Community (CBC) yang dia bentuk bersama rekan-rekannya pada 2005, Nanda menularkan pesan-pesan inspiratif yang menguatkan kepada penderita kanker.

Komunitas yang meliputi orang-orang yang pernah menderita kanker itu membantu orang-orang yang mengalami kanker, dan membesarkan hati orangtua mereka.

Dr. dr. Noorwati, SpPD-KHOM dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, mengatakan, di samping pengobatan medis, pendampingan orangtua sangat penting dalam penanganan kanker, antara lain dalam menciptakan suasana yang menyenangkan bagi pasien kanker.

"Pengobatan kanker itu meliputi pengobatan fisik dan psikologis. Orangtua diminta untuk menunggu, menceritakan dongeng. Pasien itu rentan stres, sensitif. Faktor keluarga penting," kata dia.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015