Jakarta (ANTARA News) - Gilang Abdillah Imaduddin baru saja meninggalkan bangku Sekolah Dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun alih-alih memilih SMP Negeri yang sudah menerimanya, anak laki-laki berusia 12 tahun itu memilih sekolah swasta demi cita-citanya menjadi atlet.

"Dia memilih sekolah swasta karena sekolah itu memberinya dispensasi untuk menjalani latihan, kalau di (sekolah) negeri tidak bisa," ujar Saiful Imaduddin ayah Gilang, Minggu.

Saiful menuturkan bahwa sebenarnya Gilang diterima di SMP Negeri 1 Sidoarjo, Jawa Timur, kota tempat mereka tinggal saat ini. Namun, karena tekadnya menjadi atlet bulu tangkis sudah bulat, Gilang memilih sekolah swasta yang memberi kelonggaran jam belajar.

"Sekolahnya (SMP 10 November) mengizinkan Gilang masuk sekolah mulai pukul 09.00 WIB karena dia harus latihan mulai pukul 05.00 hingga 07.00 WIB," ujar Saiful menjelaskan.

Keputusan itu diambil karena Gilang telah memilih untuk fokus menjadi pemain bulu tangkis, sehingga ayahnya pun membantu menyiapkan anaknya itu menjadi atlet.

Bahkan, Kepala Desa Sruni, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo itu mendukung keinginan anaknya untuk hijrah dari Jawa Timur demi meningkatkan kemampuannya bermain bulu tangkis.

Untuk mewujudkan keinginan itu, Gilang mengawalinya dengan mengikuti audisi beasiswa bulu tangkis yang diadakan PB Djarum. Untuk mengikuti audisi ini pun bukan sesuatu yang mudah bagi Gilang yang waktu itu masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar dan akan menghadapi Ujian Nasional.

"Kalo berbicara jarak, seharusnya dia ikut audisi di Jember yang lebih dekat dari Sidoarjo, tetapi karena pelaksanaannya saat itu hanya dua pekan menjelang UN, sekolah tidak mengizinkan dia pergi," kata Saiful yang mendampingi anaknya mengikuti audisi.

Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015 di Jember berlangsung pada 6-9 Mei 2015.

Setelah berunding dengan pihak sekolah, akhirnya Gilang diizinkan untuk mengikuti audisi di Palembang yang digelar pada 8-11 April 2015.

Pada audisi di Palembang itu, Gilang mendapat super tiket untuk maju ke tahap final di Kudus yang akan berlangsung 4-6 September mendatang.

Saiful memperkirakan, teknik permainan bulu tangkis dan postur tubuh Gilang yang mempunyai tinggi badan 156cm lah, yang membuat para pencari bakat dari PB Djarum terpikat untuk memberinya tiket ke tahap final.

Tinggalkan Jatim Gilang semula menunjukkan bakatnya dalam permainan sepak bola ketika ayahnya mencoba untuk mengenali bakat anaknya.

Namun karena Saiful mengaku kurang cocok dengan pergaulan anak-anak di sepak bola, ia memperkenalkan Gilang dan kakaknya Daniel Imaduddin pada cabang bulu tangkis.

"Ternyata bakatnya keluar dan banyak pelatih yang bilang Gilang berbakat. Dia sendiri merasa nyaman dan alhamdulillah prestasinya bagus," lanjut Saiful yang juga hobi bermain bulu tangkis itu.

Seiring berjalannya waktu, ternyata kakak Gilang selalu kalah dalam latihan sehingga akhirnya memutuskan untuk memilih fokus pada pendidikan dan meninggalkan dunia bulu tangkis.

"Kakaknya memilih fokus sekolah sementara adiknya fokus menjadi atlet. Saya sudah menekankan agar dia maksimal menjadi atlet karena juara itu hanya satu sehingga dia harus benar-benar bertanggung jawab atas pilihannya karena sudah mengorbankan sekolah," lanjut Saiful. Saiful akan meninggalkan sejenak pekerjaannya sebagai lurah untuk mendampingi putranya mengikuti audisi tahap final di Kudus. Mereka akan berangkat dari Sidoarjo, Rabu (2/9).

Gilang yang saat ini menempati peringkat dua tunggal putra anak-anak di bawah 13 tahun di Jawa Timur itu pun bertekad harus meninggalkan Jatim untuk meningkatkan prestasinya.

"Tekadnya sudah bulat untuk menjadi pemain bulu tangkis sehingga dia tidak mau tetap tinggal di Jatim," papat Saiful menjelaskan.

Bahkan, seandainya nanti gagal bergabung dengan PB Djarum, Gilang memilih untuk bergabung dengan salah satu klub besar di Jakarta demi mengejar mimpi menjadi atlet bulu tangkis.

"Nggak mau tetap di Jatim. Kalau hanya di Jatim tidak akan berkembang," begitu kata Saiful menirukan anaknya.

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015