Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah, turun lima poin dari posisi terakhir pekan kemarin menjadi Rp13.995 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan estimasi data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua Amerika Serikat yang tercatat 3,7 persen, lebih bagus dari proyeksi pasar, menjadi salah satu pendorong penguatan dolar AS terhadap rupiah.

"Hasil itu menopang penguatan dolar AS. Membaiknya data ekonomi Amerika Serikat pada kuartal kedua kembali memberi harapan bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya September ini. The Fed rencananya melakukan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada tanggal 16-17 September," katanya.

Ia menambahkan investor pasar uang saat ini juga sedang menunggu data ekonomi Amerika Serikat yang lain, seperti penggajian sektor non-pertanian akhir pekan ini, untuk melihat petunjuk terkait rencana the Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan rupiah bergerak konsolidasi menjelang rilis data-data ekonomi dalam negeri awal September.

"Laju rupiah bisa berbalik menguat terhadap dolar AS jika data ekonomi domestik yang dirilis menunjukkan hasil positif, salah satunya inflasi yang rendah," katanya.

Ia menambahkan meski dari dalam negeri belum muncul banyak sentimen positif, namun harapan bahwa data ekonomi domestik akan positif membuat pergerakannya menjadi terbatas sehingga menahan tekanan lebih dalam.

Selain itu, dia melanjutkan, akan adanya paket kebijakan ekonomi dari pemerintah untuk merespons krisis global diharapkan dapat menopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015