Jakarta (ANTARA News) - Produk tempe dan tahu akan dibuat lebih higienis dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan mesin dan teknologi yang mumpuni.

"Kalau biasanya tempe dan tahu dibuat dengan drum bekas dan tangan para perajin, kami minta Kementerian Perindustrian memfasilitasi mesin agar pembuatannya bisa lebih higienis," kata Ketua Gabungan Koperasi Perajin Kedelai Indonesia (Gakoptindo) Aib Syarifuddin di Jakarta, Senin.

Aib mengatakan, beberapa alat yang dibutuhkan adalah drum yang terbuat dari stainless dan mesinnya, yang harganya sekitar Rp150 juta-Rp200 juta untuk satu pabrik yang mengolah dua hingga tiga ton keledai per hari.

Sementara itu, Dirjen Industri Kecil Menengah Kemenperin Euis Saedah mengatakan akan mendukung rencana tersebut dengan memberikan satu set mesin pembuat tempe dan tahu.

"Intinya mau buat tempe yang higienis, dalam rangka mea, kita jual, yang baik. Tidak hanya restrukturisasi mesin, tetapi juga kerja sama dengan daerah," kata Euis.

Dalam hal ini, akan dipilih satu daerah untuk dijadikan sentra modern para perajin tempe dan tahu dan diberi fasilitas serta pembinaan oleh pemerintah.

"Sekarang masih dibahas dulu, jadi belum bisa dipastikan. Nanti alat yang dibantu 2,5 juta satu set. Kami akan design satu daerah wisata, nanti akan dibuat masing masing," ujar Euis.

Menurut Gakoptindo, kebutuhan kedelai untuk membuat tempe dan tahu nasional mencapai 1,8 juta ton per tahun, di mana 90 persennya masih impor dari Amerika Serikat.

Adapun uang yang beredar untuk salah satu panganan khas Indonesia ini mencapai Rp60 triliun.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015