Tadi dia mainnya bagus dan juga menang tetapi sepertinya belum rezekinya
Jakarta (ANTARA News) - Di usianya yang masih belia, sembilan tahun, Rensy Helena Tanjung sudah empat kali mengikuti audisi umum Djarum beasiswa bulu tangkis.

Siswi kelas 4 SD Salam Sari Kedu, Temanggung, Jawa Tengah itu melakoni audisi pertama saat masih kelas 1 SD tahun 2013. Meskipun gagal, Rensy mencoba lagi tahun 2014. Pada audisi umum tahun ini yang digelar di delapan kota lainnya selain di Kudus, Rensy mengadu nasib di audisi yang digelar di Purwokerto.

"Tetapi kalah lagi, makanya coba di kota terakhir di Kudus," kata nenek dari Rensy, Kominah, kepada ANTARA News, Selasa.

Menjelang audisi di Kudus, Rensy latihan lebih keras lagi. Tidak hanya latihan umum di klubnya, Tunas Pamor Temanggung, ia juga les privat bersama pelatihnya selama tiga kali dalam seminggu. Namun nasib beruntung belum memihak pada Rensy, pada tahap screening, ia kembali gagal.

"Tadi dia mainnya bagus dan juga menang tetapi sepertinya belum rezekinya. Tahun depan coba lagi karena usianya juga masih sembilan tahun," tutur Kominah.

Menurut Kominah, cucu kesayangannya tersebut sudah memegang raket sejak usia tiga tahun. Bakatnya tersebut, lanjut Kominah, menurun dari ibunya Rensy yang dulunya juga seorang atlet bulu tangkis angkatan Tontowi Ahmad dan Aprlia Yuswandari.

"Ibunya Reni Herlina dulu atlet, awalnya di klub Tunas Pamor Temanggung lalu diajak bergabung di Semen Gresik. Terakhir itu ikut pertandingan AS Open, sekarang ibunya menetap di Amerika Serikat bersama suaminya," jelas Kominah yang merupakan guru olahraga itu.

Meskipun tinggal di Amerika Serikat, ibu dari Rensy terus memantau perkembangan kemampuan anaknya. Kominah bertugas merekam aksi Rensy atau langsung melalui video call.

"Setelah itu ibunya akan mengevaluasi permainan Rensy. Jadi meskipun jauh, tetap memantau terus," kata Kominah.

Rensy bertekad ingin seperti ibunya, bahkan lebih dari itu, seperti idolanya Susi Susanti.

"Mau seperti mama. Kalau mama pulang mau ajak bertanding," ujar Rensy kelahiran Temanggung 23 januari 2007 itu.

Kemauan Rensy yang begitu besar ditunjukkan dengan latihan yang ulet. Setiap hari, ia berlatih selepas subuh sampai sebelum berangkat sekolah. Kemudian latihan lagi pada sore hari usai pulang sekolah.

"Anaknya ada kemauan sendiri. Kapan pun akan coba terus. Mamanya juga mendukung. Saya sendiri suatu hari ingin lihat Rensy di televisi bermain bulu tangkis," katanya sambil menahan tangis harunya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015