Jakarta (ANTARA News) - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea mengatakan mereka ingin duduk bersama pemerintah dalam melihat persoalan ekonomi yang ada sekarang terkait dengan tuntutan mereka tentang upah.

"Sektor apa saja yang mengalami tekanan soal pengupahan. Mudah-mudahan bulan Oktober kami mulai duduk dengan pemerintahan," kata Andi Gani usai pertemuan dengan tiga menteri di Kemenkopolhukam, Selasa.

Menurut Andi, saat ini yang paling banyak mengalami pemutusan hubungan kerja karena kondisi ekonomi adalah pekerja di perusahaan tekstil.

"Harus benar-benar dijaga masalah impor, kepastian hukum agar produk dalam negeri bisa terserap," kata Andi.

Andi menilai selama ini presiden hanya melakukan pertemuan dengan asosiasi pengusaha padahal buruh juga merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam perusahaan.

Ia menilai respon pemerintah terhadap aksi di depan Istana Merdeka hari ini baik karena perwakilan serikat pekerja melakukan pertemuan dengan Menkopolhukam, Menaker dan Menkes.

Selanjutnya, mereka berharap dapat bertemu Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat untuk membahas permasalahan buruh.

Andi meminta bertemu dengan lembaga lainnya seperti Dirjen Pajak agar permasalahan selesai.

"Kami sebagai buruh, apa yang bisa kami lakukan untuk negeri. Kami tidak ingin merusak negeri ini. Kesejahteraan buruh dilibas untuk kepentingan investasi, itu yang ingin kami tolak," kata dia.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri serta Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menerima perwakilan buruh di Ruang Parikesit Kemenkopolhukam, Jakarta Selasa siang.

Pertemuan dimulai pada pukul 13.30 WIB untuk membicarakan tuntutan-tuntutan ribuan buruh.

Perwakilan buruh yang hadir pada pertemuan tersebut seperti Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, dan perwakilan organisasi buruh lainnya seperti Serikat Pekerja Seluruh Indonesia dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015