Tokyo (ANTARA News) - Bursa saham Tokyo berakhir 0,39 persen lebih rendah pada Rabu, dalam perdagangan maju-mundur, karena kekhawatiran tentang kesulitan ekonomi Tiongkok dibayangi kenaikan sebagian besar saham eksportir yang didorong pelemahan yen.

Indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo turun 70,29 poin menjadi 18.095,40, sedangkan indeks Topix dari seluruh saham papan utama turun 0,82 persen atau 12,12 poin menjadi 1.465,99.

Pasar Jepang berayun masuk dan keluar dari wilayah negatif setelah saham AS kehilangan hampir tiga persen pada Selasa, dalam menanggapi data resmi yang menunjukkan aktivitas pabrik Tiongkok mengalami kontraksi pada Agustus, tanda terbaru pertumbuhan di ekonomi utama Asia itu sedang melambat.

Menambah ketegangan adalah ketidakpastian tentang rencana Federal Reserve AS untuk suku bunga menjelang pertemuan kebijakan bulan ini, karena ketakutan pengetatan kebijakan moneter di ekonomi terbesar dunia itu kemungkinan akan meredam investasi.

"Anda memiliki kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan global, yang disebabkan oleh kekhawatiran Tiongkok, pada saat The Fed berpikir tentang menaikkan suku bunga -- yang mengakibatkan investor sangat gugup," Shane Oliver, seorang penyiasat global pada AMP Capital Investors di Sydney, mengatakan kepada Bloomberg News.

"Saya pikir kami telah melihat yang terburuk tapi itu sebuah lingkungan di mana volatilitas akan terus berlanjut."

Saham-saham Tokyo, yang dibuka turun 1,67 persen di awal, telah mengakhiri sesi pagi di wilayah positif.

Pasar tidak mendapatkan dukungan dari kenaikan greenback, yang mencapai 120,02 yen di Tokyo, naik dari 119,51 yen di New York pada Selasa sore. Pelemahan yen merupakan nilai tambah bagi profitabilitas para eksportir Jepang.

Dalam perdagangan saham, produsen mobil Toyota naik 0,21 persen menjadi 7.015 yen dan saham emiten kelas berat Fast Retailing, operator jaringan toko pakaian Uniqlo, naik 1,93 persen menjadi berakhir pada 48.400 yen, tetapi operator seluler SoftBank tergelincir 1,60 persen menjadi 6.743 yen, demikian AFP melaporkan.

(A026/A011)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015