Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sedang mengincar peluang untuk meningkatkan ekspor dengan membidik beberapa kawasan khususnya di negara-negara non radisional sebagai salah satu langkah untuk penganekaragaman tujuan ekspor ditengah melemahnya nilai tukar rupiah.

"Ada beberapa kawasan yang sudah kami lakukan penelitian, khususnya dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah ini. Diantaranya yaitu negara-negara nontradisional, ada beberapa kawasan yang nantinya akan disasar dalam rangka penetrasi produk Indonesia," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, di Jakarta, Rabu.

Nus mengatakan, beberapa kawasan yang sedang diincar tersebut antara lain adalah kawasan Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin. Pihaknya akan memfokuskan penetrasi tersebut ke negara nontradisional, baik dengan membawa produk komoditas utama maupun yang prospektif.

Nus menjelaskan, untuk wilayah Asia Tengah, beberapa negara yang dipilih untuk penetrasi produk Indonesia seperti otomotif, elektronik dan produk karet adalah Kazakstan serta Uzbekistan, kendati untuk wilayah tersebut tidak semua negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

"Selain itu, untuk kawasan Asia Tenggara, saya kira merupakan pasar yang potensial. Beberapa negara diantaranya adalah Vietnam, Kamboja, Malaysia, Myanmar dan Filipina," ujar Nus.


India

Nus menambahkan, pada kawasan Asia Selatan, negara seperti India juga akan terus dipertahankan khususnya dalam upaya peningkatan ekspor, meskipun pada tahun 2014 lalu perdagangan antar kedua negara, Indonesia mengantongi surplus sebesar 8,66 miliar dolar AS untuk sektor nonmigas.

Total perdagangan antara India dengan Indonesia pada 2014 lalu tercatat sebesar 16,15 miliar dolar AS, dimana impor Indonesia hanya sebanyak 3,95 miliar dolar AS, sementara ekspor mencapai 12,2 miliar dolar AS untuk sektor nonmigas. Sementara pada Januari-Mei 2015, Indonesia telah mengantongi surplus kurang lebih sebesar empat miliar dolar AS.

"Saya melihat pertumbuhan ekspor yang masih baik ini, seperti India yang harus dijaga karena surplus kita cukup besar. Selain itu juga Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Swiss, Mesir dan Meksiko," kata Nus.

Selain itu, lanjut Nus, untuk kawasan Afrika juga masih belum dimaksimalkan karena ekspor ke wilayah tersebut baru sebesar tiga persen dari total keseluruhan Ekspor nonmigas Indonesia. Beberapa peluang ekspor kendaraan bermotor dan juga ban, masih cukup terbuka di beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Nigeria dan Algeria.

Sementara untuk wilayah yang memiliki potensi, menurut Nus adalah wilayah Amerika Latin khususnya untuk negara seperti Brazil, Meksiko, Argentina, Peru dan Chile adalah produk otomotif, alas kaki dan juga kertas.

Nus mengatakan, untuk kawasan Timur Tengah, beberapa negara yang menjadi fokus untuk meningkatkan ekspor nonmigas adalah Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Iran, Kuwait, dan Oman dengan produk yang akan didorong adalah perhiasan, elektronik, otomotif, peralatan cetak elektronik dan lainnya.

"Ada enam kawasan yang perlu ditindaklanjuti untuk beberapa tahun kedepan. Tahun depan kita akan memiliki dana, dimana tahun 2015 ini untuk promosi hanya Rp50 miliar, sementara tahun depan kurang lebih Rp840 miliar untuk promosi. Ini bisa kita genjot," kata Nus.

Kementerian Perdagangan pada saat kepemimpinan Rachmat Gobel menargetkan peningkatan ekspor mencapai 300 persen hingga 2019 mendatang. Namun, dengan digantikannya Rachmat oleh Thomas Lembong beberapa waktu lalu, masih belum ada pernyataan apakah rencana itu akan terus dilanjutkan atau akan direvisi.

Thomas yang kerap disapa Tom tersebut masih fokus untuk menyelesaikan permasalahan terkait harga daging sapi dan juga ayam, dimana beberapa waktu lalu harga kedua kebutuhan masyarakat tersebut mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015