Kudus (ANTARA News) - Mereka masih memilih Pulau Jawa untuk menekuni bulu tangkis meskipun di kota masing-masing sudah bertebaran klub.

Dari Kabupaten Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Rahmad Irihadi bersama anaknya, Muhammad Difa, terbang ke Kudus, Jawa Tengah untuk mengikuti audisi umum Djarum beasiswa bulu tangkis.

Langkah Difa, yang baru setahun fokus bermain bulu tangkis terhenti ditahap screening. Meskipun begitu, Difa yang duduk dibangku kelas 2 SMP itu tidak berkecil hati karena ingin mencari pengalaman.

Selama ini, Difa belajar otodidak namun sudah menggondol juara 3 Olimpiade Olahraga Siswa Nasional nomor ganda putra di Kota Banjarmasin. Dan kedatangannya ke Kota Kretek itu semakin membuatnya ingin menekuni bulu tangkis. 

"Karena tidak lolos audisi ini, saya mau masukkan dia ke PB Taurus Kudus. Anaknya juga mau bahkan dia bilang ingin langsung tinggal di sini, tidak pulang ke Kalimantan," kata Rahmad kepada ANTARA News.

Menurut anggota DPRD Hulu Sungai Selatan itu, alasan memilih klub di Kudus ketimbang di daerah asalnya karena melihat pembinaan bulu tangkis di luar Pulau Jawa masih banyak kekurangan.

"Di daerah saya bahkan tidak ada klub, ada di Kota Banjarmasin. Namun pembinaannya masih banyak kekurangan jika dibandingkan dengan di daerah Jawa," tutur Rahmad.

Setelah dari Kudus, Rahmad mengatakan akan segera mengurus kepindahan sekolah dari Difa. Ia pun rela mengeluarkan biaya Rp3 juta untuk menitipkan Difa di klub.

"Karena kalau di lokal saja, peluang berkembangnya susah. Padahal kalau perlu sewa pelatih dari Pulau Jawa atau nasional," kata Rahmad.

"Pembinaan bulu tangkis di Indonesia ini belum merata. Makanya audisi ini banyak yang datang dari mana-mana di luar Pulau Jawa, ini buktikan antusias masyarakat," tambahnya.

Mencari sosok atlet di luar Pulau Jawa memang masih sulit, kecuali atlet-atlet tersebut berlatih di klub yang berada di Pulau Jawa.

Hal itu juga membuat Eddy Suwarlan asal Pekanbaru, Riau, untuk mendaftarkan anaknya Vincentius Suwarlan di klub Pulau Jawa apabila tidak lolos audisi umum PB Djarum.

Namun, Eddy belum memutuskan klub mana yang akan dipilih sebagai tempat anaknya berlatih.

"Kalau gagal mau cari klub di daerah Jawa karena karena kalau masih di Sumatera rasanya tidak berkembang," tutur Eddy yang memiliki restoran makananan Padang itu.

Sebenarnya, Vincent sudah masuk klub PB Angkasa Prestasi Gemilang Pekanbaru. Sebelumnya, Vincent sudah bergabung di PB Setia Kawan Padang sejak usia tujuh tahun selama tiga tahun lamanya.

Turnamen demi turnamen pun sudah dilakoni Vincent yang kelahiran Padang 7 Juni 2001 itu. Ia pun merasa sudah saatnya mengembangkan diri di luar Pulau Sumatera.

"Saya ingin seperti Taufik Hidayat karena tipe permainannya sama. Saya mau jadi pemain dunia," ujar Vincent yang mengaku menonjol dalam permainan backhand-nya seperti Taufik.

Sementara keinginan Eddy ingin suatu hari nanti melihat Vincent bermain bulu tangkis dari televisi.

"Saya bermimpi melihatnta di televisi," kata pria yang juga hobi bulu tangkis itu.


Pekerjaan Rumah PBSI


Legenda hidup Christian Hadinata menilai pembinaan bulu tangkis Indonesia yang masih terpusat di Pulau Jawa merupakan persoalan yang belum terpecahkan oleh Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

"Ini pekerjaan rumah PB PBSI bagaimana membuat pembinaan merata secara nasional sehingga akan terjadi kesamaan kualitas atlet dari Jawa dan di luar Pulau Jawa," kata Christian.

Menurut Christian, sampai saat ini atlet luar Pulau Jawa yang ingin kariernya maju harus ke Pulau Jawa.

Persoalan ini, bagi Christian harus segera diatasi. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan PBSI selaku organissi yang membawahi pembinaan bulu tangkis di daerah-daerah yakni dengan memberi pembinaan terhadap pelatih-pelatih dari luar Pulau Jawa di PBSI Cipayung.

"PB PBSI memanggil mereka untuk pelatihan sekitar dua sampai tiga minggu di Cipayung. Materi pelatihan di Cipayung sudah lengkap karena ada yang mengurus soal teknik, bagian medis, penanganan cedera, dan lainnya termasuk sarana dan prasarana," jelas Juara berbagai turnamen bergengsi di sektor ganda putra dan campuran itu.

Ia menambahkan, pelatih dari daerah tersebut juga bisa berinteraksi dengan pelatih pelatnas. Hal ini menurutnya lebih bermanfaat dibandingkan mengirim pelatih ke daerah-daerah. Pelatihan bisa dilakukan secara bergilir.

Hal tersebut, lanjutnya, pernah dilakukan saat masa kepimpinan Chairul Tanjung tahun 2000-2004.

"Akan sangat lebih bermanfaat karena kalau pelatih yang ke daerah, teori dan materi terbatas. Ini yang perlu di follow up untuk lebih meningkatkan standar kualitas pelatih di luar pulau Jawa," tutur Christian.

Ia juga mengatakan materi yang nanti didapatkan pelatih daerah di pelatnas bisa ditransfer ke sesama pelatih lainnya dan tentu saja kepada atlet.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015