Kudus (ANTARA News) - Super tiket merupakan kebijakan baru dalam Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis.

Tiket sakti tersebut diberikan kepada para peserta yang kalah dari tahap pertandingan. Mereka memiliki peluang menggenggam tiket menuju grand final dengan pertimbangan dari para legenda bulu tangkis yang berperan sebagai tim pencari bakat.

Koordinator tim pencari bakat audisi PB Djarum, Christian Hadinata di Kudus, Jateng, Kamis, mengatakan para peraih super tiket itu merupakan hasil pengamatan para pemain legenda tersebut.

Pada audisi kali ini PB Djarum melibatkan 14 legenda bulu tangkis Indonesia, yakni Liem Swie King, Christian Hadinata, Lius Pongoh, Hariyanto Arbi, Hadibowo, Hadiyanto, Kartono, Sigit Budiarto, Denny Kantono, Bobby Ertanto, Simbarsono Sutanto, Johan Wahyudi, Hastomo Arbi, dan Fung Permadi.

Christian mengatakan, mekanisme penentuan super tiket diawali dengan meminta masing-masing pemain legenda tersebut untuk mengamati setiap pertandingan di setiap lapangan.

"Kemudian dibuat nominasinya mulai dari pertandingan hari pertama hingga terakhir babak semifinal untuk putra dan final untuk putri. Setelah direkapitulasi, mereka yang mayoritasi dipilih oleh para legenda yang mendapat super tiket," papar Christian.

Sementara kriteria pemilihannya, kata Christian, dititikberatkan pada skill (keterampilan) dan fighting spirit (semangat juang). Adapun soal fisik tambah juara All England 1972 dan 1973 bersana Ade Chandra itu lebih mudah dibenahi karena lebih terukur dibanding teknik permainan.

Salah seorang legenda bulu tangkis Indonesia, Liem Swie King mengapresiasi audisi yang melibatkan para legenda.

"Ini audisi yang terbaik dari yang lalu-lalu. Kita (para legenda) dilibatkan untuk melihat langsung potensi mereka," kata King.

Ia juga memuji penyelenggaraan audisi di sembilan kota yang baru diselenggarakan tahun ini setelah sebelumnya selalu hanya digelar di Kudus.

Pebulu tangkis yang dikenal dengan smesnya itu menilai penyelenggaraan di sembilan kota sangat efektif karena peserta yang jauh tidak perlu datang langsung ke Kudus.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015