Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta menyatakan pengaruh El Nino pada musim kemarau tahun ini semakin menguat pada September 2015.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Teguh Prasetyo di Yogyakarta, Jumat, mengatakan penguatan pengaruh El Nino ditunjukkan dengan naiknya indeks El Nino dari 2,2 pada Agustus 2015 menjadi 2,3 pada September 2015.

"Naiknya indeks meunjukkan pengaruh El Nino menuju kuat, meskipun tidak akan lama," kata Teguh.

Ia mengatakan, tingkat kekeringan pada kemarau tahun ini bukan hanya dipengaruhi oleh El Nino, melainkan juga dipengaruhi oleh gangguan cuaca jangka pendek berupa fenomena Dipole Mode positif yang mengakibatkan massa uap air dari perairan Indonesia tersedot menuju Afrika Timur.

"Fenomena ini menjadikan pembentukan curah hujan semakin kecil," kata dia.

Sementara itu, Ia mengatakan, indeks El Nino diperkirakan akan mulai mengalami penurunan kembali pada Oktober, meski masih memiliki pengaruh terhadap tingkat kekeringan kemarau tahun ini.

Adapun pembentukan awan hujan, kata dia, akan mulai terjadi pada November 2015, seiring dengan berakhirnya pengaruh El Nino serta fenomena Dipole Mode.

Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko mengatakan menghadapi kemarau panjang tahun ini, pihaknya telah mewanti-wanti petani padi untuk beralih menanam tanaman palawija, karena tidak banyak membutuhkan air.

"Kami sudah selalu mengingatkan petani untuk tidak menanam padi selama kemarau utamanya di Gunung Kidul," kata dia.

Tanaman palawija yang disarankan ditanam petani DIY, kata dia, antara lain seperti jagung, kedelai, serta kacang panjang.

"Namun bagi daerah yang masih memiliki pasokan air mencukupi silakan tetap menanam padi, kalau bisa dengan diselingi palawija," kata dia.

Kendati kemarau tahun ini lebih panjang, Sasongko meyakini produksi padi selama 2015 yang ditargetkan 924.000 ton akan tercapai.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015