London (ANTARA News) - Pertunjukan teater boneka Papermoon Puppet Theatre asal Yogjakarta dalam rangkaian acara Discover Indonesia mencuri perhatian penonton di Royal Festival Hall, Southbank, London, Sabtu sore.
 
Papermoon Puppet Theatre menampilkan kisah "Mwathirika", yang terinspirasi peristiwa pemberontakan 30 September 1965.

"Kisah yang sangat menyentuh dan permainan teater boneka yang tidak biasa," kata salah seorang penonton.

Pencipta Papermoon Puppet Theatre, Maria Tri Sulistyani, senang bisa menghibur publik London dalam rangkaian Festival for the World.

"Mwathirika" merupakan kata dalam Bahasa Swahili, suku di Afrika Timur, yang artinya korban. Maria menampilkan kisah itu bersama sang suami, Iwan Effendi.

Pertunjukan itu mengisahkan seorang gadis kecil bernama Tupu, yang ketika sedang bermain kuda-kudaan dengan ceria di depan rumahnya dan kemudian bermain dengan kakaknya Moyo.

Mereka punya ayah yang dipanggil Baba, seorang pekerja keras, dan hidup rukun bertetangga dengan Haki dan puterinya yang berkursi roda, Lacuna. 

Namun situasi politik kemudian membuat persaudaraan mereka berubah, terutama sejak cap segitiga merah tertoreh di jendela rumah Baba dan dia menjadi buron. 

Tak seperti kebanyakan permainan boneka, dalam pertunjukan itu sang pemain masuk ke dalam cerita. Saat si kecil Tupu yang manja hidup sebatang kara dan diliputi perasaan tidak aman, sang dalang memeluknya, seperti masa kini memeluk sejarah.

Usai pertunjukan, Maria menyilakan penonton yang jumlahnya hampir 100 merasakan dan menyentuh boneka serta berdiskusi dengan para seniman yang memainkan boneka.

"Silakan rasakan dan mainkan," katanya.

"Mwathirika" yang pertama diproduksi tahun 2010 pernah ditampilkan di tujuh kota di Amerika Serikat, Singapura dan Australia. 

Selain tampil di Edinburgh Fringe Festival, dan Southbank Center-London, Papermoon Puppet Theatre bersama kelompok musik asal Aceh KamDe akan tampil di Glasgow, Skotlandia.



Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015