Tidak ada satu negara yang bilang ada harapan pada tahun ini, saat pertemuan G20 di Turki,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan unsur sentimen global terus menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi secara internasional termasuk Indonesia.

"Tidak ada satu negara yang bilang ada harapan pada tahun ini, saat pertemuan G20 di Turki," kata Bambang Brodjonegoro usai menghadiri rapat kerja dengan DPR di Jakarta, Senin malam.

Rapat kerja di ruang badan anggaran tersebut dimulai sejak pukul 10.00 WIB hingga 18.45 WIB dan sempat tertunda pada pukul 11.45 hingga 13.00 WIB akibat kekurangan bahan data paparan anggaran setiap kementerian.

Bambang menjelaskan semua negara sepakat memprediksi pertumbuhan global lebih brendah daripada 2014.

"G20 bukanlah forum yang mengikat, sehingga tidak bisa diadakan gerakan bersama atau kebijakan bersama guna menghadapi krisis global ini," kata Bambang.

Pada 2014, nilai pertumbuhan global pada angka 3,4 persen namun saat ini menurut IMF pada 2015 akan bertumbuh pada angka 3,8 persen.

"IMF biasnya prediksinya besar di awal dan semakin menurun pada akhirnya,maka saya berhati-hati, agar tidak memasang target yang terlampau tinggi," katanya.

Sementara itu, Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 53 poin menjadi Rp14.225 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.172 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan seiring dengan investor uang yang masih enggan untuk masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Indonesia dinilai masih memiliki kendala dalam dalam penyerapan anggaran belanja untuk infrastruktur," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova

Menurut Rully, serapan anggaran belanja pemerintah yang masih minim akan menghambat pertumbuhan perekonomian di dalam negeri untuk bergerak cepat.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga masih bersikap "wait and see" terhadap pengumumnn data neraca perdagangan Indonesia periode Agustus yang sedianya akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada pertengahan bulan ini.

"Laju rupiah masih berpotensi terus mengalami pelemahan meski telah berada di area level batas bawah penurunan, belum terlihat sentimen baru yang membuat momentum pembalikan arah ke area positif," katanya.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015