Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa harga saham di dalam negeri saat ini sudah mencerminkan sentimen yang beredar di pasar salah satunya rencana bank sentral Amerika Serikat (the Fed) menaikan suku bunga.

"Saya secara pribadi percaya bahwa ketidakpastian sentimen sudah tercermin dalam harga saham selama ini. Kita sudah cukup lama bicara the Fed menaikan suku bunganya, artinya pasar sudah mengantisipasinya," ujar Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan di sela acara sosialisi investasi pasar modal bersama Junior Chamber Indonesia (JCI) di Jakarta, Rabu.

Sebagai regulator, lanjut dia, BEI bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan melakukan antisipasi dalam hal menjaga semua transaksi dan aktifotas perdagangan efek di pasar modal Indonesia sejalan dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

"Sentimen apapun akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Mudah-mudahan ada kepastian the Fed, kalau sudah ada kepastian diharapkan pasar kembali semarak," ucapnya.

Sejauh ini, menurut Nicky Hogan, meski tren indeks harga saham gabungan (IHSG) sedang menurun namun investor domestik mendominasi transaksi efek. Artinya, investor domestik memiliki keyakinan bahwa perekonomian Indonesia ke depan akan membaik.

"Sebesar 55 persen transaksi efek di kontribusi oleh investor domestik," katanya.

Ia mengatakan bahwa untuk memperkuat investor domestik, BEI akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan investasi melalui pasar modal dan mendorong investor agar lebih aktif melakukan transaksinya.

"Sepertiga dari jumlah investor domestik yang sekitar 400.000 merupakan investor aktif, sisanya merupakan investor kurang aktif. BEI akan melakukan pertemuan dengan investor kurang aktif itu bekerjasama dengan pihak Perusahaan Sekuritas untuk mendorong transaksi," katanya.

Untuk calon investor, lanjut dia, BEI akan terus gencar melakukan sosialisasi, edukasi hingga utilisasi sehingga nantinya ketika sudah tercatat sebagai investor pasar modal tidak menjadi pasif.

"Beberapa yang menjadi investor pasif karena minimnya pengetahuan mengenai hal apa yang selanjutnya dilakukan atau program apa yang harus dijalankan. Artinya, kalau dia melakukan pembelian saham harus memahami manajemen keuangannya dan berapa banyak serta saham apa yang harus dilipilih," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015