Tokyo (ANTARA News) - Saham-saham Tokyo berakhir turun hampir dua persen pada Jumat, menentang reli di pasar Asia, karena yen menguat terhadap dolar setelah Federal Reserve AS menunda kenaikan suku bunga.

Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo turun 1,96 persen atau 362,06 poin menjadi ditutup pada 18.070,21, sementara indeks Topik yang lebih luas dari seluruh saham papan utama turun 1,98 persen atau 29,53 poin menjadi 1.462,38.

Setelah pertemuan dua hari yang sangat ditunggu-tunggu, The Fed pada Kamis mengatakan akan mempertahankan suku bunga pinjamannya di nol, dengan gubernur Janet Yellen mengutip kekhawatiran tentang ekonomi dunia dan khususnya penurunan tajam di Tiongkok.

"Banyak fokus kami pada risiko-risiko seputar Tiongkok, tetapi tidak hanya Tiongkok, negara-negara berkembang secara lebih umum dan bagaimana mereka mungkin berimbas kepada Amerika Serikat," Yellen mengatakan pada konferensi pers setelah pengumuman suku bunga.

"Kami telah melihat arus keluar modal yang signifikan dari negara-negara mereka, tekanan pada nilai tukar mereka dan kekhawatiran tentang kinerja mereka ke depan."

Sementara banyak telah memperkirakan The Fed untuk mundur dari kenaikan suku bunga pertamanya dalam sembilan tahun, nada komentar Yellen membawa beberapa kejutan.

"Tampaknya logis bank sentral (AS) akan menaikkan suku bunganya jika bukan karena perkembangan internasional baru-baru ini, tetapi mereka berusaha keras untuk membeli fleksibilitasnya sendiri," Chris Weston, kepala analis pasar di IG, mengatakan dalam surat elektronik (email) kepada para nasabahnya.

Keputusan untuk tidak menaikkan suku bunga memukul dolar, yang diperdagangkan pada 119,78 yen di Tokyo, terhadap 120,01 yen di New York dan turun jauh dari 120,90 yen di Asia pada Kamis pagi.

Yen menguat didorong saham-saham Jepang di wilayah negatif, ketika ekonomi terbesar ketiga dunia itu bersiap untuk hari libur nasional mulai Senin hingga Rabu pekan depan dengan pasar ekuitas dibuka kembali pada Kamis.

Para analis mengatakan para pedagang melihat yen sebagai "safe haven", yang berarti menguat pada saat terjadi gejolak dan ketidakpastian.

Euro berada di 1,1401 dolar terhadap 1,1436 dolar di perdagangan AS dan lebih kuat dari 1,1302 dolar pada Kamis di Jepang, sementara mata uang tunggal juga di 136,54 yen, turun dari 137,25 yen di New York.

Eisaku Sakakibara, mantan wakil menteri, mengatakan kepada Bloomberg News ia melihat penguatan yen karena keputusan The Fed untuk menunda kenaikan suku bunganya.

"Periode yen murah mulai berakhir dan saya pikir secara bertahap kurs yen dolar akan bergerak menuju kisaran 115-120," kata Sakakibara.

"Yen mungkin diperdagangkan sedikit lebih kuat karena penundaan kenaikan suku bunga The Fed dan ketidakpastian ekonomi global," katanya, menurut Bloomberg News.

Namun dalam perdagangan saham, penguatan yen membebani eksportir karena membuat barang-barang mereka lebih mahal di luar negeri dan memperkecil keuntungan ketika direpatriasi.

Toyota turun 1,41 persen pada 7.234 yen, produsen elektronik Sony kehilangan 3,39 persen menjadi 3.115 yen, dan kelas berat pasar Fast Retailing, operator jaringan toko pakaian Uniqlo yang populer, turun 2,62 persen menjadi 46.160 yen.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015