Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar melemah terhadap yen di Asia pada Jumat, setelah Federal Reserve AS menunda kenaikan suku bunganya mengutip kekhawatiran tentang pelambatan pertumbuhan di Tiongkok dan ekonomi dunia yang rapuh.

Mata uang negara-negara berkembang atau "emerging market" -- yang telah jatuh hampir 20 persen pada tahun lalu -- naik tipis dalam perdagangan berombak, tetapi mereka masih di jalur untuk kenaikan mingguan langka terhadap dolar.

Dolar melemah menjadi 119,80 yen pada perdagangan Jumat sore di Tokyo, turun dari 120,01 yen di New York dan juga turun dari 120,90 yen di Asia pada Kamis pagi.

Euro datang menjadi 1,1400 dolar dibandingkan dengan 1,1436 dolar di perdagangan AS, tetapi tetap jauh lebih kuat dari 1,1302 dolar yang terlihat Kamis di Tokyo. Mata uang tunggal dibeli 136,58 yen di Tokyo, dibandingkan dengan 137,25 yen di New York.

Para pedagang bergeser dari dolar segera setelah keputusan Fed untuk mempertahankan suku bunga pada nol, yang datang setelah satu pertemuan yang paling dinanti tahun ini.

Namun demikian, kegelisahan para investor juga dihantui oleh komentar dari kepala bank Janet Yellen yang memberikan nada lebih suram daripada yang diperkirakan tentang kesehatan ekonomi AS, dan prospek pertumbuhan global.

"Sentimen penjualan dolar muncul menyusul keputusan The Fed, tapi

pasar masih memperkirakan kenaikan suku bunga di masa mendatang," kata Yosuke Hosokawa, kepala tim penjualan valas di Sumitomo Mitsui Trust Bank.

"Apakah ini benar-benar waktu untuk membeli kembali mata uang emerging market sekarang? Saya meragukan itu," kata Hosokawa.

Keputusan The Fed meningkatkan mata uang negara-negara berkembang, yang telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena investor takut oleh pelambatan pertumbuhan Tiongkok sehingga beralih ke aset-aset AS yang semakin menguntungkan.

Mata uang berisiko tinggi telah menikmati reli minggu ini karena spekulasi meningkat bahwa bank sentral AS akan menunda kenaikan suku bunganya. Ada kekhawatiran kenaikan suku bunga sekarang dapat sangat merugikan negara berkembang karena investor akan cenderung menarik lebih banyak uangnya ke Amerika Serikat.

Namun, analis menekankan ketidakpastian kapan suku bunga -- masih diperkirakan sebelum akhir tahun -- bisa merusak pasar negara berkembang ketika suku bunga benar-benar naik.

"Kami membutuhkan pemutus sirkuit, mudah-mudahan satu ke sisi positif, bukan sisi negatifnya dari spektrum risiko," kataekonom NAB dalam sebuah catatan pasar.

Dolar Australia menguat menjadi 72,25 sen AS dari 71,86 sen AS pada Kamis, dan juga naik dari posisi terendah enam tahun di bawah 69 sen yang disentuh seminggu lalu.

Korea Selatan tetap memiliki hari-hari kuat setelah lembaga peringkat Standard & Poors menaikkan peringkat utang negara itu. Dolar jatuh menjadi 1.161,68 won dari 1.165,95 won pada Kamis di Tokyo.

Unit AS juga menguat menjadi 14.470,00 rupiah Indonesia dari 14.438,00 rupiah.

Namun dolar turun tipis menjadi 32,30 dolar Taiwan dari 32,37 dolar Taiwan, menjadi 1,3968 dolar Singapura dari 1,3971 dolar Singapura, dan menjadi 4,2300 ringgit Malaysia dari 4,2458 ringgit.

Dolar juga turun menjadi 46,44 peso Filipina dari 46,48 peso, menjadi 35,60 baht Thailand dari 35,75 baht, menjadi 65,8900 rupee India dari 66,4600 rupee.

Sementara itu, yuan Tiongkok diambil 18,81 yen dari 18,97 yen.
(A026/B012)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015