Bandarlampung (ANTARA News) - Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Timbul Batubara menegaskan bahwa kematian gajah "Yongki" yang merupakan bagian Elephant Patrol Team di Resort Pemerihan, Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, masih dalam penyelidikan.

Dalam penjelasan tertulis yang diterima di Bandarlampung, Senin (21/9) malam, Ir. Timbul Batubara, M.Si. menjelaskan bahwa pada hari Jumat (18/9) sekitar pukul 07.30 WIB, gajah sumatra bernama "Yongki" yang merupakan bagian Elephant Patrol Team di Resor Pemerihan TNBBS ditemukan dalam kondisi mati dan kedua gadingnya hilang.

Lokasi kematian gajah berada di sekitar 300 meter belakang Pos Resor Pemerihan, SPTN Wilayah II Bengkunat, BPTN Wilayah I Semaka.

"Kematian gajah tersebut diindikasikan akibat dibunuh," kata Timbul Batubara pula.

Atas kematian gajah "Yongki" itu, kata dia, sudah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh Tim TNBBS.

Informasi dari hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh Tim TNBBS, kata Timbul, menunjukkan tidak didapati adanya bekas luka tembakan, mulut tidak berbusa, dan tidak bau tetapi lidah sangat biru.

Secara umum, kata dia, semua organ dalam tampak normal (makroskopis) dan tidak ditemukan abnormalitas, kecuali ditemukan cacing paramphistomum di usus besar, tetapi infeksi tidak berat.

"Kasus ini dalam proses penyelidikan," ujar dia.

Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) merupakan mamalia besar yang terancam punah (kritis) menurut IUCN dan termasuk Appedix I menurut CITES (satwa liar terancam dari segala bentuk perdagangan).

Gajah sumatra menjadi terancam punah akibat rusak dan berkurang habitat serta perburuan dan perdagangan ilegal untuk diambil gadingnya.

Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, gajah sumatra termasuk ke dalam daftar satwa dilindungi.

Kematian gajah "Yongki" menimbulkan keprihatinan para aktivis lingkungan dan berbagai pihak yang mendesak pengusutan secara tuntas kasus kematian salah satu gajah patroli di TNBBS yang kedapatan mati dengan gading terpotong pada hari Jumat (18/9).

Gajah "Yongki" sudah sekitar 6 tahun menjalankan tugas menghalau konflik gajah di wilayah Pemerihan Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung itu. Bangkainya masih perlu dilakukan identifikasi dan autopsi oleh tim medis yang diperbantukan dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur.

Kondisi gajah Yongki itu mengenaskan dengan gading nyaris habis tercerabut hingga ujungnya. Padahal sebelumnya, gajah ini memiliki gading yang cukup panjang. Bekas luka mencerabut gadingnya secara paksa, diduga menjadi penyebab kematiannya.

Diperkirakan gajah yang berasal dari TNWK ini, sengaja dibunuh pada hari Kamis (17/9) hingga Jumat dini hari, oleh kawanan pemburu satwa liar yang diperkirakan berkeliaran di sekitar TNBBS.

Sejumlah staf Worldwide Fund for Nature (WWF) Indonesia Lampung dan Balai TNBBS-TNWK menyatakan prihatin dan berduka atas nasib tragis dialami gajah Yongki itu.

"Selamat Jalan Yongki dan semoga pelaku pembunuhan segera diketahui," ujar Edi Sabarudin, staf rumah tangga dan lapangan WWF Indonesia Lampung.

Diduga gajah Yongki telah dibunuh oleh kawanan pemburu liar yang memang mengincar gadingnya sehingga sudah tidak ada lagi. Kematian gajah Yongki baru diketahui Jumat pagi harinya setelah pada malam sebelumnya diketahui masih ada di lokasi kamp patroli gajah di Bengkunat itu.

Diperkirakan para pelakunya sudah merencanakan aksi itu dengan matang sehingga ulah mereka tidak diketahui petugas TNBBS maupun pihak terkait di sana, padahal gajah ini berada di dekat kamp.

Para aktivis lingkungan di Lampung berharap pelaku segera diusut dan ditangkap sehingga dapat segera diproses hukum sebagaimana mestinya.

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015