... diprediksi Indonesia akan kekeringan hingga November bahkan hingga akhir 2015...
Bandung (ANTARA News) - Ketua Tim Variabilitas Iklim PSTA LAPAN, Erma Yulihastin, berdasarkan prediksi 17 model global, ElNino kuat dengan indeks lebih besar dari +2 akan terus berlangsung hingga Februari 2016.

"Puncak El Nino kuat ini akan terjadi pada bulan November dan Desember 2015 dengan indeks mencapai +2,5. Sedangkan IOD positif diprediksi hingga November 2015," kata Yulihastin, di Bandung, Senin. 

Bahkan berdasarkan konsensus prediksi probabilitas ENSO yang diluncurkan CPC/IRI (Climate Prediction Center/International Research Institute for Climate and Society) El Nino memiliki peluang lebih dari 95 persen terjadi hingga Februari 2016.

Namun bergabungnya dua El Nino kuat dan IOD positif itu, diprediksi Indonesia akan kekeringan hingga November bahkan hingga akhir 2015.

Meski demikian, kata dia berdasarkan prediksi model CCAM yang dioperasikan LAPAN. Pola angin monsun baratan yang menunjukkan musim hujan mulai terbentuk secara stabil pada Desember 2015.

Sementara itu, peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN, Eddy Hermawan, menyatakan dampak kekeringan parah di Indonesia merupakan akibat El Nino kuat (indkes +2,03) dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif (indeks +1,13) yang terjadi secara bersamaan.

"El Nino kuat menunjukkan terjadi anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang lebih hangat dari biasanya. Ini turut mempengaruhi kondisi atmosfer di atasnya. Hal ini mengakibatkan pelemahan sirkulasi angin Walker yang dalam kondisi normal seharusnya bertiup dari Samudra Pasifik menuju Indonesia," kata dia.

Dengan El Nino kuat, sirkulasi Walker pun melemah karena "kolam hangat" yang seharusnya terbentuk di lautan Indonesia berpindah ke Pasifik. Akibatnya, pembentukan awan dan hujan yang seharusnya terjadi di Indonesia pun berpindah ke Samudra Pasifik.

Di sisi lain, IOD positif menunjukkan suhu permukaan laut di Samudra Hindia di dekat Afrika lebih hangat dibandingkan dengan suhu permukaan laut di Samudra Hindia dekat Pulau Sumatra. Akibatnya, terbentuk tekanan rendah di dekat Afrika sehingga pusat konveksi pun berpindah dari Pulau Sumatra menuju Afrika.

"Baik El Nino maupun IOD sama-sama berdampak pada kekeringan di Indonesia karena kedua fenomena ini telah menggeser pusat-pusat konveksi di Indonesia menuju Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dekat Afrika," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015