Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange ditutup turun lebih dari satu persen pada Senin (Selasa pagi WIB), sejalan dengan kemerosotan logam lainnya.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember kehilangan 13,9 dolar AS atau 1,21 persen, menjadi menetap di 1.131,7 dolar AS per ounce, lapor Xinhua.

Pasar logam turun tajam pada Senin dengan emas berjangka membukukan penurunan harian terbesar sejak 9 September, di tengah berita bahwa otoritas Swiss mengatakan mereka sedang menyelidiki tujuh bank-bank besar untuk tersangka manipulasi harga dalam perdagangan logam mulia.

Harga emas juga mengalami tekanan dari sebagian besar pejabat Federal Reserve yang memperkirakan kenaikan suku bunga padan tahun ini.

William Dudley, Presiden dan CEO dari Federal Reserve Bank of New York, mengatakan bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga tahun ini dan bisa bergerak segera setelah pertemuan mendatang pada Oktober.

Dia menjabat sebagai wakil ketua dan anggota tetap Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), kelompok yang bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan moneter negeri itu.

Secara umum, kenaikan suku bunga akan mengirimkan dolar AS lebih tinggi. Analis mencatat emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti menguatnya dolar AS dapat menjadi negatif bagi komoditas termasuk emas, yang dihargakan dalam dolar AS, karena membuat mereka lebih mahal bagi pemegang non-dolar.

Emas melepaskan beberapa kerugiannya setelah sebuah laporan yang dirilis Senin oleh Biro Analisis Ekonomi menunjukkan bahwa data inflasi datang sesuai perkiraan, tanpa perubahan dari Juli untuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), dengan indeks harga PCE Inti hanya sepersepuluh lebih tinggi menjadi 1,3 persen tahun ke tahun, masih jauh di bawah target The Fed dua persen.

Di antara logam lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 57,3 sen atau 3,79 persen, menjadi ditutup pada 14,538 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari merosot 28,8 dolar AS atau 3,03 persen, menjadi ditutup pada 922,5 dolar AS per ounce.
(T.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015