New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik pada Selasa (Rabu pagi WIB), diuntungkan dari prospek yang lebih ramah untuk komoditas-komoditas karena saham raksasa pertambangan Glencore
naik dan pasar ekuitas stabil.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 80 sen menjadi berakhir di 45,23 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman November, bertambah 89 sen menjadi menetap di 48,23 dolar AS per barel di perdagangan London.

Pada Senin, harga minyak tenggelam bersama dengan pasar ekuitas AS dan Eropa setelah data industri suram Tiongkok menghidupkan kembali keraguan tentang ekonomi terbesar kedua dunia dan pasar minyak bumi utama itu.

Terutama pukulan keras pada raksasa pertambangan Swiss Glencore, yang anjlok 29 persen karena seorang analis mempertanyakan prospek perusahaan mengingat beban utangnya yang berat.

Tetapi saham Glencore menguat pada Selasa setelah perusahaan mengatakan bisnisnya "secara operasional dan finansial kuat" dan bahwa perusahaan tidak menghadapi masalah solvabilitas.

Pasar-pasar lain juga tampak lebih ramah. Harga tembaga naik untuk pertama kalinya dalam enam hari dan saham AS menghabiskan hampir sepanjang hari di wilayah positif.

"Situasi keseluruhan Glencore telah stabil sedikit," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

"Saya pikir mungkin ada pandangan di luar sana bahwa koreksi komoditas mungkin telah sedikit berlebihan."

Analis mengatakan para pedagang juga sedang menunggu laporan persediaan minyak AS pada Rabu, yang diperkirakan menunjukkan persediaan lebih rendah, sebagian karena sebuah antisipasi penurunan dalam produksi minyak mentah AS.

Para analis memperkirakan pergerakan harga di pasar minyak tetap berfluktuasi.

"Kita menemukan diri kita dalam lingkungan harga yang sangat volatile hari ke hari, sepertinya harga tidak mau didorong terlalu jauh lebih tinggi mengingat latar belakang dari kelebihan pasokan,

tapi tidak mau didorong terlalu jauh lebih rendah mengingat penyempitan ketidakseimbangan yang sedang berlangsung di tengah permintaan yang kuat," kata Matt Smith, analis di ClipperData.
(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015