Paris (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan dalam wawancara di televisi, Kamis, bahwa ia akan mempertimbangkan untuk memberikan izin bagi Rusia melancarkan serangan udara terhadap pejihad Negara Islam (ISIS) di wilayah negaranya jika Moskow menawarkan.

Rusia sudah mulai mengebomi posisi-posisi "teroris" di Suriah, lapor AFP.

Abadi mengatakan kepada France 24 dalam wawancara, yang direkam pada Rabu, "Ini adalah hal yang memungkinkan. Kalau kami mendapat tawaran, kami akan mempertimbangkannya."

Namun, ia menambahkan, "Itu adalah suatu kemungkinan. Kalau kami ditawari, kami akan mempertimbangkannya."

Wawancara berlangsung satu hari sebelum pejabat tinggi kementerian luar negeri Rusia Ilya Rogachyov pada Kamis mengatakan bahwa Moskow sedang mempersiapkan diri untuk mempertimbangkan peluasan operasi militernya di luar Suriah untuk melancarkan serangan ke target-target ISIS di Irak, jika Baghdad memintanya.

Namun, para pejabat Rusia tampaknya salah menangkap tanda-tanda berbeda. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia tidak berniat memperluas operasi ke Irak.

"Kami tidak berencana melebarkan serangan-serangan udara kami ke Irak," kata Lavrov dalam jumpa pers di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. "Kami tidak diundang, kami tidak diminta, dan seperti yang Anda tahu, kami adalah orang yang sopan. Kami tidak datang jika tidak diundang."

"Suriah memiliki informasi yang demikian besar tentang Daesh (nama lainnya untuk menyebut kelompok Negara Islam) beserta operasi-operasinya," kata Abadi.

"Mereka berbagi, ini adalah hal yang berguna. Rusia tampaknya juga memiliki banyak informasi. Makin banyak informasi yang kita bisa kita kumpulkan, makin berguna bagi Irak."
(Uu.T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015