Lumayan sambutannya bagus dan pada appreciate dan mereka terharu walaupun tidak mengerti bahasanya."
Paris (ANTARA News) - Lagu Tombo Ati, dibuat Sunan Bonang yang menurut cerita sejarah hidup sekitar abad ke 16, yang dilantumkan penyanyi Opick, pernah dipopulerkan Emna Ainun Nadjib bersama Kyai Kanjeng, bergema di gedung UNESCO Paris.

Lagu Tombo Ati dilantumkan, Yenny Wahid dalam rangkaian konferensi internasional bertema "Spiritual Islam dan Tantangan Terkini," yang diadakan UNESCO bekerjasama dengan Association Internationale Soufie Alawiyya (ASIA), salah satu tarekat terbesar di Aljazair dan Eropa, dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Tarekat Alawi.

Konferensi dihadiri grand mufti Bosnia, guru besar Mesir, Syeikha dari Turki, Imam masjid besar Eropa, ahli Islam dari Tunisia, Aljazair, Maroko dan lain-lain, serta pendeta dan pastor Afrika yang aktif dalam hubungan antara agama.

"Lumayan sambutannya bagus dan pada appreciate dan mereka terharu walaupun tidak mengerti bahasanya, " ujar Putri Presiden Abdulrahman Wahid, yang menembang lagu Jawa, Tombo Ati, di Gedung UNESCO, Paris kepada Antara London, Jumat.

Kesunyian malam kota Paris tiba-tiba terbelah saat suara Yenny yang mengenakan busana Jalabaya putih dan berkerudung putih, putri kedua Gus Dur, melagukan tembang Jawa Tombo Ati. dengan khusyuk melantunkan lagu yang popular di masyarakat Jawa dihadapan ratusan hadirin dari berbagai negara.

"Saya datang ke Paris diundang Syekh Bentounnes, Mursyid atau pimpinan Tarekat Alawiyyah, adalah seorang figure yang sangat karismatik dan mempunyai pengikut puluhan ribu di ALjazair maupun negara-negara Arab dan Eropa," ujar Yenny.

Pada sore harinya berbicara dalam sesi mengenai sufisme, dan malamnya mereka meminta Yenny untuk berpartisipasi dalam acara spiritual dan kontemplasi sebagai perwakilan dari Islam yang ada di timur.

"Akhirnya saya pilih menembangkan lagu tombo ati yang lalu diterjemahkan dalam bahasa Prancis," ujar Yenny menambahkan bahwa setelah itu ia menutup dengan menembangkan syair berbahasa Arab karena banyak audiensnya yang bisa berbahasa Arab.

Yenni mengakui ia memilih lagu tombo ati Yenny karena lagu tersebut mempunyai filosofi yang sangat mendalam.

Sebelumnya Yenny berbicara mengenai Islam Nusantara sebagai sebuah contoh nyata adanya ajaran Islam yang damai dan toleran. "Saya kaitkan budaya kita yang sejuk tersebut dengan pengaruh para sufi sebagai salah satu pembawa masuk Islam ke bumi Nusantara pada abad 14 silam," ujarnya.

Menurut Yenny, sebagian besar hadirin tertarik dengan paparan yang disampaikan mengenai Islam di Indonesia dan ingin belajar lebih jauh.

Tembang tombo ati itu adalah symbol dari Islam di Indonesia, berisi ajakan kepada manusia untuk berkontemplasi mendekat kepada Tuhannya. Karenanya sangat pas kalau saya dendangkan lagu itu, ujarnya Yenny.

"Alhamdulillah penerimaannya luar biasa. Banyak ibu-ibu tua memeluk saya setalah acara dan bapak-bapak menjabat tangan mengucapkan terimakasih karena walaupun tidak mengerti bahasanya, mereka merasa tembang itu sangat menyentuh hati mereka.

Padahal diantara para tamu kehormatan banyak syekh-syekh dan mufti serta pemimpin agama dari berbagai negara, mereka semua ikut mengucapkan terima kasih karena lirik lagunya yang diterjemahkan sangat menyentuh.

"Saya sendiri merinding rasanya, bisa kesampaian mendendangkan lagu rakyat kita digedung semegah gedung UNESCO dihadapan ratusan hadirin berbagai negara yang menyesaki gedung, dan dari jendela bisa melihat menara Eiffel, rasanya agak-agak surreal gitu, ujar Yenny.

Selain pembahasan mengenai sufisme, koferensi juga menampilkan pameran mengenai sosok Emir Abdel Kader, pemimpin spiritual dan pejuang anti kolonialis Aljazair yang lahir pada abad ke 18.

Yenny mengatakan dalam konferensi itu banyak pula diulas sosok Syekh Alawy sebagai pendiri tarekat Alawiyyah, salah seorang yang banyak berjasa menyebarkan pengaruh tasawwuf di daratan Eropa.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015