Pergeseran likuiditas ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mengurangi risiko penggunaan likuiditas rupiah yang berlebihan pada kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah."
Mamuju, Sulawesi Barat (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memastikan keputusan untuk menurunkan holding period SBI dari satu bulan menjadi seminggu untuk menarik aliran masuk modal asing dan menjaga ketersediaan valuta asing di dalam negeri.

"Kami menyiapkan instrumen-instrumen supaya dana asing bisa masuk, karena ini merupakan salah satu tantangan yang sedang dihadapi Indonesia," kata Agus seusai meresmikan kantor perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Barat di Mamuju, Kamis.

Penurunan holding period ini merupakan salah satu dari instrumen yang diterbitkan BI, sebagai bagian dari paket kebijakan baru yang diumumkan Rabu (30/9), untuk mendukung paket kebijakan jilid dua yang diumumkan pemerintah, untuk memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan terhadap valas.

Instrumen lainnya yang diterbitkan untuk menjamin ketersediaan valas dalam jangka pendek tersebut antara lain penguatan kebijakan untuk mengelola permintaan dan penawaran valas di pasar forward serta adanya penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) Valas.

Selain itu, penerbitan insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor di perbankan Indonesia atau mengkonversinya ke dalam rupiah, seperti yang disampaikan pemerintah serta mendorong transparansi dan meningkatkan ketersediaan informasi atas penggunaan devisa dengan memperkuat laporan lalu lintas devisa.

Agus menambahkan dengan adanya penurunan holding period dalam instrumen SBI maka diharapkan sistem perbankan Indonesia dalam waktu singkat tidak lagi mengalami kelangkaan valas terutama dalam dolar AS, seperti yang terjadi saat ini dan menyebabkan tekanan terhadap kurs rupiah.

"Kalau kita turunkan menjadi seminggu, maka semakin cepat dana bisa dipegang perbankan. Selain itu, kalau dana asing ingin masuk ke Indonesia, kita telah menyiapkan instrumen yang memadai dan bisa ditawarkan," jelas Agus.

Selain menerbitkan paket kebijakan untuk mengelola penawaran dan permintaan valas, Bank Indonesia juga mengeluarkan paket kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah.

Upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar adalah dengan melakukan intervensi di pasar forward guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan di pasar forward serta untuk mengurangi tekanan kurs rupiah di pasar spot.

Sedangkan upaya pengendalian likuiditas rupiah dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) tiga bulan dan Reverse Repo SBN dengan tenor dua minggu. Penerbitan instrumen operasi pasar terbuka tersebut dimaksudkan untuk mendorong penyerapan likuiditas sehingga bergeser ke instrumen yang bertenor lebih panjang.

"Pergeseran likuiditas ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mengurangi risiko penggunaan likuiditas rupiah yang berlebihan pada kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah," kata Agus.

Paket kebijakan Bank Indonesia tersebut akan bersinergi dengan paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan pemerintah dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia yang diyakini akan membaik di masa mendatang.

Seluruh rangkaian kebijakan diharapkan segera diimplementasikan, sehingga secara efektif mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar, untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015