"Every human being has a basic instinct: to help each other out." (Setiap manusia memiliki naluri dasar membantu sesamanya.)

Ucapan astronot NASA Mark Watney (diperankan Matt Damon), menyuarakan optimisme meski telah ditinggalkan oleh rekannya sesama astronot di Mars, planet yang memiliki rata-rata jarak sekitar 225 juta kilometer dengan Bumi.

Film berdurasi 141 menit itu pada awalnya mengisahkan tentang ekspedisi Ares III yang mengirimkan tim NASA dari Bumi ke Mars untuk ketiga kalinya.

Misi tersebut dipimpin oleh Komandan Melissa Lewis (Jessica Chastain), dengan lima anak buah, yaitu Watney, sang pilot utama Rick Martinez (Michael Pena), ahli komputer Beth Johanssen (Kate Mara), pakar kimia Alex Vogel (Aksel Hennie), dan astronot Chris Beck (Sebastian Stan).

Saat sedang berada di permukaan planet Mars, tiba-tiba tempat mereka menjelajah dihantam badai pasir.

Karena itu, Komandan Lewis memutuskan agar mereka kembali mengorbit ke luar angkasa, dan usulan tersebut sempat dikritik oleh Watney, yang masih ingin meneliti lebih lama lagi di Mars.

Watney yang serta-merta menghilang di balik deburan pasir. Komandan Lewis akhirnya memutuskan untuk membawa seluruh tim pergi dari planet merah tersebut dan mengabarkan kepada NASA bahwa Watney telah meninggal dunia.

Di Bumi, NASA yang dipimpin Direktur Teddy Sanders (Jeff Daniels) mengabarkan berita tewasnya Watney kepada media. Bahkan juga menyiapkan pemakaman yang juga diliput secara luas oleh pemberitaan di sana.

Di Mars, Watney ternyata berhasil selamat dan menjadi seorang "survivor" (penyintas).

Sebagai seorang ilmuwan yang sangat mengandalkan logika dan rasio ilmiah, Watney segera menghitung jumlah makanan yang tertinggal di Habitat, dan memperkirakan apakah jumlah tersebut cukup untuk membuatnya bertahan menunggu ekspedisi Ares IV yang dijadwalkan tiba di Mars beberapa tahun mendatang.

Setelah mengetahui bahwa ransum yang ada tidak memadai, Watney yang juga merupakan botanis atau ahli tanaman/tumbuh-tumbuhan segera memutar otaknya untuk berupaya bercocok tanam di planet Mars.

Berbagai percobaan yang telah dilakukan Watney, hanya dengan menggunakan otaknya untuk menemukan beragam penemuan, menyentak penonton bahwa sebenarnya manusia bila menggunakan otaknya dapat memecahkan banyak masalah.

Tim Ares III yang sedang dalam perjalanan pulang dari Mars ke Bumi memutuskan untuk pergi kembali menjemput Watney.

Watney digambarkan sebagai seorang ilmuwan yang relatif ceria dan agak jenaka, dan tidak digambarkan sebagai sosok yang selalu depresi layaknya seseorang yang ditinggalkan sendirian di planet Mars.

Sosok yang jenaka dan nyaris tanpa depresi itu memang sengaja digambarkan oleh Damon, yang mendapatkan persetujuan dari sang sutradara kawakan Ridley Scott.

Hal itu juga diperkuat dengan fakta bahwa penulis skenario dari film tersebut adalah Drew Goddard, yang salah satu karyanya yang banyak dipuji kritikus adalah film horor-komedi gelap, "Cabin in the Woods" (2012).

Unsur komedi yang kuat membuat Martian tidak terlalu menguras emosi penonton sebagaimana film luar angkasa lainnya seperti Gravity (2013).

Namun, film seperti Martian sangat menghibur dan mengingatkan penonton akan pentingnya menggunakan otak dan logika dalam menerapkan prinsip-prinsip keilmiahan di dalam hidup, terlebih saat kita berada sebagai seorang penyintas.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015